Page 22 - Indara dan Siraapare
P. 22
mimpinya tadi sambil terus memandangi keris di tangannya.
Tiba-tiba ia tersadar dan terkejut karena keris itu warnanya
telah berubah menjadi lebih terang dan mengeluarkan
cahaya.
“Apa yang terjadi dengan kerisku ini? Setelah mimpiku
tadi, keris ini berubah. Pertanda apakah ini?” tanyanya dalam
hati.
Keris Parigi yang lahir bersama dengan dirinya
itu berubah warna menjadi keemasan. Ujung gagangnya
yang berukir kelopak bunga mawar berwarna perak kini
mengeluarkan cahaya terang.
“Pantaslah kalau penduduk kampung mengusir
kami berdua. Kami telah menyalahgunakan kesaktian keris
ini. Kasihan ayah dan ibu. Mereka pasti sangat menderita,”
ucapnya lagi.
Akhirnya, Indara Pitaraa menyadari bahwa selama ini
ia dan adiknya tidak pernah berbuat baik pada orang-orang,
bahkan pada ayah dan ibu yang telah membesarkan mereka
dengan penuh kasih sayang. Indara Pitaraa menyesali
perbuatannya selama ini, tapi ia tidak tahu begaimana harus
meminta maaf pada penduduk desa. Kalaupun ia kembali ke
desa sekarang, belum tentu orang-orang desa langsung mau
memaafkan ia dan adiknya.
Indara Pitaraa kemudian menyuruh adiknya untuk
tidur. Ia yang menjagai adiknya. Ternyata dalam tidurnya,
15