Page 108 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 108
Si perampok mendapat perlawanan dan dalam
perkelahian ia kalah. Maka calon korban menyiksanya sampai
babak belur.
3) Tapanik Talantak
Karena ketahuan, maling panik lalu loncat turun jendela.
Karena kakinya patah tidak bisa lagi melarikan diri.
4) Takuruang Takunci
Seseorang berbuat jahat melakukan hubungan gelap
dengan tuan rumah. Perbuatan ini telah diintai, lalu rumahnya
dikepung.
5) Takoyo Tajarek
Disekeliling rumpun cengkeh yang sedang berbuah dibuat
orang lobang tertutup sampah. Waktu mau maling dia
terperosok lobang
6) Tabeti Taciyak
Kata “ciyak” adalah bahasa Minang kuno, arti-nya “tukang
tadah”. Atas pengakuannya, seseorang dituduh mencuri
karena barang curian itu dia beli dari si pencuri. Itu
sebuah bukti tak terbantah.
4. Kondisi Hukum Adat.
Prosesi Peradilan Adat jauh dari sempurna. Tidak punya
ayat-ayat, tidak rinci tanpa sanksi hukuman yang jelas. Hanya
ada sanksi secara umum dengan tidak ada penjelasan terurai.
Hal ini tentu dapat dimaklumi, sebab produk hukum itu
disusun pada zaman baholak oleh para ahli hukum Adat
dengan keterbatasan ilmu. Tapi untuk memenuhi kebutuhan di
zamannya cukup memadai.
Maka ketidaksempurnaan itu tentu bisa dilengkapi dengan
pola hukum Nasional untuk menyelesaikan setiap kasus yang
terjadi. Dalam Hukum Adat tidak dikenal Pidana atau Perdata.
Menyingkap Wajah 79
Minangkabau
Paparan Adat dan
Budaya