Page 110 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 110
terhukum. Orang yang terbuang itu mempunyai beban pribadi
yang wajib ditunaikan. Akan tetapi dalam Tatanan Hukum Adat
tidak dikenal sanksi badan.Yang ada hanya sanksi moral dan
kadang-kadang sanksi benda. Pada dasarnya sasaran ancaman
kejahatan itu adalah moralitas. Dengan mempermalukannya di
tengah masyarakat takkan mengulangi lagi perbuatan itu.
Justru menimbulkan effek jera yang paling ampuh
memperbaiki perilaku orang. Denda atau penjara hanya
hukuman terbatas, lewat itu manusia merasa bersih dari dosa
dan ini berpotensi mengulanginya.
Tapi dengan diterapkannya sanksi moral akan membuat
koruptor malu dan jera. Batas hukumannya disaat dia
memperbaiki diri. Kalau sudah berubah, masyarakat akan
melupakannya. Seumpama hukuman pembunuhan, Si
pembunuh takkan disengsarakan dibalik terali besi. Dia tidak
dikenakan denda dengan setumpuk uang. Tapi harus
menjalankan Hukum Adat yang bernama mambangun,
maknanya, si pelaku mengganti jiwa si korban dengan dirinya.
Caranya ialah akan mengabdikan diri menjadi anak bagi
Ibu dan Ayah almarhum. Dan kalau dia punya keluarga, maka
si terhukum akan menanggung beban materil dan non materil
anak-anak yang menjadi yatim kehilangan orang tua. Dengan
hukum moral orang akan berfikir seribukali untuk melakukan
kejahatan. Sistem ini pasti banyak kelemahan, tapi begitulah
adanya Hukum Adat di masyarakat Minangkabau dahulu kala.
6. Ancaman Hukum
Terhadap pelanggaran Undang-undang Nan Salapan, ada
empat sanksi hukuman. Masing-masing berbeda bentuk, tapi
punya beban berat tersendiri. Berat ringannya berdasarkan
kadar kejahatan yang dilakukan. Dan tentu saja atas dasar
Menyingkap Wajah 81
Minangkabau
Paparan Adat dan
Budaya