Page 12 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 12
tentang itu. Hal in membingungkan umat dan sekaligus
menikam doktrin Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabullah yang sudah baku. Mengapa beliau-beliau enggan
berdiskusi atau klarifikasi dengan tokoh-tokoh adat
sebelum berfatwa. Padahal alim ulama menjadi salah satu
unsur dalam pemangku adat yang disebut Suluah Bendang
Dalam Nagari. Seyogyanya, perangkat adat yang lazim
disebut Urang Nan Ampek Jinih, hendaklah senada dalam
bicara, searah dalam berpikir dan serentak dalam berbuat
demi tegaknya pengamalan, Syarak Mangato Adat Mamakai
sebagai semboyan Islamisasi di Minangkabau.
PEWARISAN DAN TANTANGAN
Diantara jaringan paling rapuh dalam pelestarian adat,
adalah hilangnya dominasi mamak di keluarga rumah
gadang. Padahal, proses pewarisan berlangsung atas
kewajiban mamak sebagai pemberi dan kamanakan di pihak
penerima. Manakala saluran ini tersumbat, bagaimana air
mengalir dari hulu ke hilir. Akibatnya regulasi pewarisan
menjadi mandek.
Kalau dipertanyakan, mengapa ini harus terjadi? Tidak
satu jawab untuk satu tanya. Antara lain penyebabnya ialah:
1. Fungsi mamak sebagai pamong di keluarga adat sudah
mandul, karena rumah gadang tak lagi menjadi pusat
himpunan kamanakan. Orang sudah enggan hidup
berdesakan dalam satu dapur. Untuk menghindari efek
kesenjangan ekonomi dan kecemburuan sosial. Mereka
ingin bebas dari sistem protokoler, kemudian
mengasingkan diri keluar rumah gadang walaupun
harus tinggal di rumah sewa.
Menyingkap Wajah xi
Minangkabau
Paparan Adat dan
Budaya