Page 15 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 15
mengajar anak balitanya bicara bahasa Betawi. Pendeknya,
lebih Jakarta dari Jakarta. Belum lagi tentang pengaruh
media sosial yang merambah ke seluruh lapisan masyarakat,
sejak dari balita sampai manula. Sekarang, dunia sudah
merupakan ruangan tanpa batas dalam penciptaan budaya
massal.
KESIMPULAN
Itulah fenomena masyarakat adat dewasa ini, sebuah
tantangan serius yang meminta perhatian khusus para
pemangku adat di nagari. Badai ini harus cepat berlalu demi
berkibarnya marwah Minangkabau seperti dulu. Kalau
semua pihak di ranah beradat ini mengabaikannya, apa yang
diprediksi para pengamat budaya akan menjadi kenyataan.
Bahwa menjelang atau selepas Ulang Tahun RI yang ke 100
nanti, Minangkabau sudah punah dihalau arus globalisasi.
Riwayat Ranah Minang dengan segala keagungannya akan
sirna. Generasi mendatang hanya akan melihat budaya
nenek moyangnya lewat literatur sejarah atau menontonnya
di film dokumenter dan medsos.
Untuk itu, seharusnyalah lembaga Kerapatan Adat
Nagari (KAN) sebagai garda terdepan di nagari, berbuat
lebih banyak lagi dalam pembinaan angkatan penerus
sehingga estafet kebudayaan dapat berjalan sesuai harapan.
Dengan biaya terbatas yang disediakan pemerintah, kiranya
dapat memaksimalkan upaya pencerahan adat melalui
program terpadu antara KAN dan lembaga nagari terkait.
Semoga.
Maninjau di lingkuang bukik, Tajunan kelok ampek
ampek, Sambilan nagari di dalamnyo. Bulan damam muntari
xiv
Yus Dt. Parpatih