Page 194 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 194

sungai. Sampai di tengah mereka bertemu dan saling menjalin.

                  Lama-kelamaan  jalinan  itu  semakin  membesar  dan
                  memanjang sehingga kemudian terbentuklah bentangan akar

                  yang kokoh untuk bisa di lewati dengan aman. Dia diberi nama

                  “Jembatan Aka” yang merupakan daya tarik tersendiri daerah
                  Bayang.

                        3.  Payokumbuah

                        Didaerah  Payokumbuh  Utara  Kecamatan  Suliki,  ada
                  sebuah  kampung  bernama  Talang  Maua.  Di  sana  ditemui

                  keunikan  alamya  itu  ada  6  keping  batu  kali  datar  dan  rata.

                  Luasnya masing-masing sekira 50 x 440 centimeter, tersusun
                  sejajar  berurutan.  Sekarang  benda-benda  itu  tersimpan  di

                  sebuah  gubuk  dalam  pemeliharaan  satu  keluarga  disana.
                  Keanehan  batu-batu  itu  ialah  kalau  dipukul  akan

                  mendatangkan gema semacam bunyi lonceng dengan 6 nada

                  berbeda. Apa rahasianya, sampai sekarang tak ada orang yang
                  tahu. Namanya “Aguang Sibunian”. 4. Padang

                        Pantai  Air  Manis  terletak  sebelah  barat  Kota  Padang.

                  Sudah sejak lama orang menemukan setumpuk batu karang di
                  tepi  pantai  itu.  Kalau  dicermati  tumpukan  batu  tersebut

                  merupakan  puing-puing  pecahan  kapal.  Kelihatan  sekujur

                  badan kapal lengkap dengan perangkatnya. Melihat fenomena
                  ini orang menggubah sebuah cerita legenda berjudul “Si Malin

                  Kundang”. Menceritakan seorang anak yang sukses di rantau,

                  pulang  kekampung  tak  mengakui  perempuan  tua  kumuh
                  sebagai  ibunya.  Padahal  beliau  adalah  ibu  kandung  si  Malin

                  yang dulu melepasnya berlayar di tepian ini. Sang ibu sedih
                  meratapi  anakya  yang  durhaka.  Akibat  kesombongan  itu,

                  Tuhan mengutuk kapalnya menjadi batu.

                        5.  Bukittinggi










                                                         Menyingkap Wajah                      165
                                                         Minangkabau

                                                                      Paparan Adat dan
                                                                      Budaya
   189   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199