Page 198 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 198
Satu pertanyaan yang belum terjawab ialah darimana
datangnya air yang disebut penduduk “Aia Tanjua” itu? Wajar
kalau di bawah dan di lereng gunung ditemui mata air dari
serapan akar kayu sekitarya. Padahal posisi permukaan air
tersebut berada di atas rumpun kayu. Mungkinkah air muncrat
ke atas tanpa ada tekanan dari bawah? Kalau begitu dari mana
sumber Air Tanjua itu?
Syukurlah orang Minang antimistik. Barangkali kalau
terjadi di tempat lain sudah dikeramatkan. Dijadikan ramuan
obat segala peryakit, atau dijadikan ramuan syarat minta
berkah mohon itu dan ini yang bersifat syrik. Sekiranya
penduduk mengkomersilkan untuk pengunjung seperti itu,
bisa kaya orang Sungai Janiah. Sekarang sedang dibangun
“Janjang 1000” untuk akses ke puncak bukit. Bagi yang
penasaran, datanglah ke kampung Sungai Janiah. Posisinya
beberapa ratus meter sebelum pasar Baso, dari Bukittinggi
belok ke kiri. Silahkan tonton Ikan Sakti, naik bukit menjamah
Aia Tanjua.
B. MAAMPEK
Orang Cina menganggap angka 4 adalah bilangan sial.
Mereka selalu menghindari sesuatu yang berhubungan dengan
kelipatan 4. Itu kebudayaan Cina. Tapi anehnya orang
Indonesia terpelajar di zaman globalisasi ini ikut-ikutan
“menghinakan” angka 4, apakah alasan mereka kita tidak tahu.
Coba perhatikan pada hotel-hotel berbintang takkan ditemui
kamar nomor 4, adanya nomor 3 dan nomor 5. Atau nomor 3 A
dan 3 B, berikutnya baru kamar nomor 5. Yang pasti jangan
sampai bertemu dengan angka 4. Begitu juga halnya dengan
bangunan bertingkat seperti gedung dan ruko di kota-kota
besar.
Menyingkap Wajah 169
Minangkabau
Paparan Adat dan
Budaya