Page 201 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 201
Gilo mancari anak pantau
Kaciak dibari ayah namo
Gadang diagiah mamak gala
Baitu adat di minangkabau
Waktu lahir seorang bayi diberi nama oleh Ayahnya.
Setelah besar dianugerahi gelar oleh Mamak. Walaupun pada
Akte Kelahiran, di KTP atau SIM dan Paspor dituliskan nama,
tapi dalam pergaulan umum hendaklah menyebutkan gelar,
bukan nama. Akan tetapi dibeberapa daerah seperti di Lintau
umpamanya, gelar Adat hanya khusus milik orang-orang
tertentu saja. Yang disebut Orang Gadang ialah apabila sudah
memangku jabatan Datuk, Malin, Tuangku, Manti atau
Dubalang. Orang kebanyakan tidak punya gelar.
Lain lagi halnya di Pariaman. Di sana warisan gelarnya
diterima dari Ayah, bukan dari Mamak. Bila dia anak Sidi maka
mendapatkan gelar Sidi pula. Ayahnya bergelar Bagindo
anaknya pun Bagindo, begitu juga dengan gelar Sutan. Pada
dasarnya sejak lahir si buyung sudah punya gelar, gelar sang
Ayah. Adapun gelar merupakan perbendaharaan suku turun-
temurun. Dengan menyebut gelar dapat diketahui suku orang
tersebut. Akan tetapi gelar suku tertentu bisa berbeda dengan
suku yang sama di nagari lain, sebaliknya pada suku berbeda
punya gelar yang sama.
Ada kalanya gelar itu bisa diperoleh atas pemberian bako
(Suku Ayah) dan bisa juga digabung antara pemberian Mamak
dan gelar bako. Umpama gelar pusaka sukunya Sutan Bandaro,
gelar bakonya Sutan Sati dipakaikan gelar Sutan Bandaro Sati.
Disamping itu ada juga gelar yang bersifat umum yang dipakai
oleh semua suku. Sebaiknya menantu Sumando dari daerah
luar Minang diberikan gelar. Kuranglah etis memanggilkan
namanya saja apa lagi dengan sebutan “kamu”. Akibatnya
172
Yus Dt. Parpatih