Page 204 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 204
Membicarakan dosa orang yang sudah meninggal
adalah dosa. Bicarakanlah kebaikan-kebaikannya saja. Kalau
tak mau mendoakan lebih baik diam.
Menuntut hak adalah wajib termasuk hak atas piutang.
Tapi tidaklah bijak menagih utang dihadapan orang ramai.
Lebih baik dengan berbisik atu berpindah tempat.
Mempermalukan orang berarti penghinaan.
Mau bergurau “garah kudo” lihat lingkungan dulu.
Jangan sampai terdengar oleh mereka yang punya hubungan
perbesanan. Itu juga termasuk mempermalukan orang.
Amatlah terpuji kalau ditempat takziyah dan
pemakaman tidak terlihat suasana riang diselingi tawa
gembira yang kontras dengan suasana berkabung kematian.
Kadang-kadang hal ini terlupakan.
Bicara dengan perempuan cukup yang perlu-perlu
saja, jangan bertele-tele. Apa lagi meranjau dengan kata-kata
bermakna rayuan atau menggoda.
Kalau diundang ucapkanlah Insya Allah, semoga Allah
menghendaki. Jawaban saya akan datang atau saya “pasti”
datang adalah sifat qadim, sifat miliknya Allah semata-mata.
Sayangnya sebagian orang menganggap jawaban Insya Allah
itu tidak serius, jawaban asal jawab.
Biasanya berjanji sambil tertawa tidak meyakinkan.
Untuk itu ucapkanlah janji dengan raut wajah serius, agar tidak
meninggalkan kesan meremehkan orang.
Banyak lagi hal-hal kecil yang luput dari pertimbangan
moral sehingga seseorang bisa terpenjara oleh omongannya
sendiri. Tepatlah ucapan orang bijak, “Jangan katakan yang
terpikir, tapi berpikirlah mau berkata”.
E. ADAB BERKUNJUNG
Menyingkap Wajah 175
Minangkabau
Paparan Adat dan
Budaya