Page 86 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 86
anggota kaum antara lain berupa “hak moril” dan “ hak
materil”, seperti yang akan diuraikan di bawah ini:
a. Dianjuang Tinggi Diamba Gadang
Sebagai seorang pemimpin, Panghulu hendaklah
dihormati dan diagungkan sehingga martabatnya terpelihara.
Beliau menjadi besar karena dibesarkan, menjadi tinggi karena
ditinggikan oleh anak kamanakannya.
b. Punya Sawah Abuan
Selain hak moril di atas, Panghulu juga memiliki “hak
materil”, bahwa disamping membimbing kamanakan, seorang
Panghulu wajib pula memangku anak. Untuk itu, kaum
hendaklah menyediakan setumpak sawah untuk membantu
kesejahteraan Panghulu. Sawah ini disebut dengan nama
Sawah Abuan atau Sawah Panggadangan. Hasilnya
diperuntukkan kepada Panghulu selama menjabat, yang
nantinya akan dinikmati pula oleh penggantinya. Di banyak
Nagari, sawah santunan ini sudah lenyap, tapi belum tampak
penggantinya dalan bentuk lain. Artinya tidak ada lagi
keseimbangan antara HAK dan KEWAJIBAN. Ini tidak adil!
c. Dipintu Utang
Dalam kapasitasnya sebagai pemimpin, Panghulu
diberikan wewenang membuat kesepakatan dengan pihak lain
yang membebani kaum baik dalam bentuk materil maupun
inmateril. Sebagaimana yang dimaksud dalam pepatah adat
yang berbunyi “Mamak dipintu utang, Kamanakan dipintu
baia”.
d. Perlindungan
Seorang Panghulu berhak mendapatkan perlindungan dari
kaumnya atas perbuatan “dago-dagi” dari manapun datangnya.
Artinya perlindungan terhadap fitnah atau pelecehan yang
merongrong kebesaran nama baiknya. Hal ini mungkin saja
Menyingkap Wajah 57
Minangkabau
Paparan Adat dan
Budaya