Page 37 - MEDIA INFORMASI DIGITAL_Neat
P. 37

Secara  historis,  laksan  merupakan  bagian  dari  tradisi  kuliner

      Palembang  yang  kaya  akan  olahan  ikan  dan  sagu.  Laksan

      memiliki  kemiripan  dengan  pempek  dari  segi  bahan  dasar,

      namun perbedaannya terletak pada penyajian kuah santan yang

      gurih dan kaya rempah. Kuah santan ini menjadi ciri khas utama

      laksan  dan  memberikan  cita  rasa  yang  berbeda  dibandingkan

      pempek (Hartati et al., 2017; Hartati et al., 2018).









       Laksan juga memiliki keterkaitan dengan tradisi kuliner laksa di


       Asia Tenggara, yang merupakan hasil akulturasi budaya antara

       masyarakat  lokal  dan  Tionghoa  Peranakan.  Laksa  dikenal

       sebagai hidangan mie berkuah santan dengan berbagai varian

       di  Indonesia,  Malaysia,  dan  Singapura,  dan  laksan  Palembang

       adalah salah satu adaptasi lokal dari tradisi ini (Nugroho, 2022).










      Keberagaman  laksa  di  Asia  Tenggara  menandakan  pengaruh

      lintas  budaya  dan  adaptasi  bahan  serta  selera  masyarakat

      setempat (Nugroho, 2022; Raji et al., 2017). Penelitian mengenai

      laksan          Palembang               juga        menyoroti             pentingnya              proses

      pemanasan  kuah  santan.  Suhu  dan  waktu  pemanasan  sangat

      mempengaruhi  kestabilan  emulsi  dan  kandungan  kimia  kuah

      laksan,  sehingga  disarankan  pemanasan  pada  suhu  80°C


      selama 20 menit untuk hasil terbaik (Hartati et al., 2017; Hartati

      et al., 2018).





                                                                                                            37
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42