Page 135 - Buku 9
P. 135
kebutuhan sosial warga. Namun pelayanan yang paling me-
nonjol adalah sebagai “pemadam kebakaran”, yakni menga-
tasi percekcokan suami isteri, pertikaian warisan, sengketa
antarwarga, maupun kasus-kasus serupa, selain juga me-
layani upacara kematian, pesta dan lain-lain.
Peran desa dalam mata rantai administrasi dan “pe-
madam kebakaran” itu sudah berlangsung lama secara
turun-temurun. Para kepala desa dan perangkat baru bi-
asanya meneruskan kebiasaan yang diwariskan oleh para
pendahulunya. Semua berjalan apa adanya, kurang ber-
makna, dan kurang inovatif. Karena itu sangat wajar bila
muncul pertanyaan: apa hakekat desa dan apa manfaat desa
yang sejati untuk warga? Di balik pertanyaan ini sebenarnya
menghadirkan gugatan terhadap peran konvensional yang
dijalankan oleh desa: buat apa desa kalau hanya menjalank-
an tugas administratif dan pemadam kekabaran. Di balik
gugatan, sebenarnya juga ada harapan agar desa berperan
dan bermanfaat untuk membangun ketahanan sosial, mem-
berikan layanan dasar, menanggulangi kemiskinan, mem-
perbaiki kualitas manusia, serta meningkatkan kesejahter-
aan rakyat.
Desa bukan berarti tidak menyelenggarakan pembangu-
nan. Tetapi pembangunan yang dilaksanakan desa selalu
bias fisik: aspalisasi dan semenisasi. Di desa bukan berarti
sepi dari program-program pemberdayaan yang dijalank-
an oleh pemerintah supra desa. Di desa ada PNPM Mandi-
ri yang membangun sarana fisik, PPIP yang membangun
sarana fisik lagi, PAMSIMAS yang membangun sarana air
134 REGULASI BARU,DESA BARU

