Page 134 - Buku 9
P. 134

untuk membangun prasarana fisik desa, tetapi alokasi untuk
            investasi manusia dan pengembangan ekonomi lokal yang
            berorientasi untuk penanggulangan kemiskinan. Di Kabu-
            paten Kupang, misalnya, ada data agregat yang menunjuk-
            kan  bahwa sejumlah 70% ADD dialokasikan  untuk pem-
            berdayaan masyarakat,  seperti  pengadaan  dan perbaikan
            sarana publik skala kecil, pengadaan sarana prasarana pro-
            duksi, pengadaan sarana dan  prasarana sosial, perbaikan
            lingkungan dan permukiman,  pengadaan teknologi tepat
            guna, bantuan modal usaha dan investasi desa, lain-lain se-
            suai kebutuhan desa dan kepentingan masyarakat setempat
            yang dihasilkan musrenbangdes.


            Desa Melayani Warga

               Desa-desa  di  kawasan perkebunan  dan pertambahan
            menghadirkan  gambaran  yang paradoks.  Ada kesan kuat
            para kepala desa yang kaya, tetapi institusi desa yang dip-
            impinnya miskin  atau kurang  bermanfaat untuk warga.
            Dalam bahasa yang lain, ada desa tetapi tidak ada tradisi
            berdesa. Desa tidak lebih hanya sebagai kampung halaman,
            tempat bermukim penduduk dan unit administratif belaka.
            Sebagai unit administratif, desa hanya menghadirkan kepa-
            la desa dan perangkat desa yang menjalankan tugas-tugas
            administratif dari negara: membuat surat keterangan, su-
            rat jalan, surat rekomendasi izin, maupun surat keterangan
            tanah yang semua ini mengandung rente ekonomi. Dalam
            desa yang miskin tradisi berdesa, perangkat desa memang
            tidak sekadar mengejar rente ekonomi, tetapi juga melayani


            IDE, MISI DAN SEMANGAT UU DESA                          133
   129   130   131   132   133   134   135   136   137   138   139