Page 133 - Buku 9
P. 133
membuat desa sebagai outlet atau pasar perencanaan dan
penganggaran.
Perspektif “satu desa, satu rencana, satu anggaran” se-
benarnya merupakan evolusi dari praktik “satu desa satu
rencana” yang sudah berkembang di berbagai daerah. Para
pegiat desa antara lain telah berupaya membangun integra-
si antara perencanaan reguler dengan perencanaan PNPM
sehingga menjadi sebuah sistem “satu desa satu rencana”;
melembagakan perencanaan partisipatoris yang melibat-
kan berbagai elemen masyarakat secara inklusif termasuk
kaum perempuan dan kaum miskin; melembagakan model
village self planning dengan mengutamakan pengambilan
keputusan di tingkat lokal dengan ditopang oleh pendeka-
tan berbasis aset (asset based approach) atau menguta-
makan kekuatan aset yang dimiliki oleh desa sendiri. Kom-
ponen yang terakhir itu tidak hanya membuat desa dan
masyarakat mengusulkan proyek (baca: perburuan proyek)
ke atas melalui mekanisme musrenbang bertingkat, tetapi
yang lebih penting adalah membangun harapan dan keya-
kinan lokal untuk mengambil keputusan lokal dengan me-
manfaatkan aset yang dimiliki desa.
Perencanaan desa sebagai bentuk keputusan lokal itu
merupakan jantung kemandirian desa. Desa mengambil
keputusan kolektif yang menjadi dasar pijakan bagi eksis-
tensi desa yang bermanfaat untuk warga. Salah satu kepu-
tusan penting yang diambil dalam perencanaan desa adalah
alokasi anggaran, khususnya ADD, yang tidak hanya untuk
membiayai konsumsi pemerintah desa, bukan juga hanya
132 REGULASI BARU,DESA BARU

