Page 44 - Buku 9
P. 44

pemerintahan atau komunitas bawah dari pengaturan yang
            berlebihan  (overruled) oleh  otoritas sentral. Berangkat
            dari ketakutan akan tirani, subsidiarity menegaskan pem-
            batasan kekuasaan otoritas sentral (pemerintah lebih ting-
            gi) dan sekaligus memberi ruang pada organisasi di bawah
            untuk mengambil keputusan dan menggunakan kewenan-
            gan secara mandiri (Christopher  Wolfe, 1995;  David Bos-
            nich, 1996; Andreas Føllesdal, 1999).

               Dengan bahasa yang berbeda,  saya memberikan tiga
            makna  subsidiaritas.  Pertama, urusan lokal atau  kepent-
            ingan masyarakat setempat yang berskala lokal lebih baik
            ditangani oleh organisasi lokal,  dalam hal ini  desa, yang
            paling dekat dengan masyarakat. Dengan kalimat lain, sub-
            sidiaritas adalah lokalisasi penggunaan kewenangan dan
            pengambilan  keputusan  tentang  kepentingan  masyarakat
            setempat kepada desa.
               Kedua, negara bukan menyerahkan kewenangan seper-
            ti asas desentralisasi, melainkan menetapkan kewenangan
            lokal berskala desa menjadi kewenangan desa melalui un-
            dang-undang. Dalam penjelasan UU No.  6/2014  subsid-
            iaritas mengandung  makna  penetapan  kewenangan lokal
            berskala desa menjadi kewenangan desa. Penetapan itu ber-
            beda dengan penyerahan, pelimpahan atau pembagian yang
            lazim dikenal dalam asas desentralisasi maupun dekonsen-
            trasi.  Sepadan dengan asas rekognisi  yang menghormati
            dan mengakui kewenangan asal-usul  desa, penetapan ala
            subsidiaritas berarti UU secara langsung menetapkan seka-
            ligus memberi batas-batas yang jelas tentang kewenangan



            IDE, MISI DAN SEMANGAT UU DESA                          43
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49