Page 5 - Laporan Kasus Pelanggaran HAM Berat (1) finish
P. 5
3. Pelaporan dan Investigasi
Keesokan harinya setelah insiden tragis yang menewaskan Affan
Kurniawan, suasana di rumah duka dan di media sosial masih dipenuhi duka
dan kemarahan publik. Keluarga korban, didampingi kuasa hukum serta
perwakilan dari sejumlah lembaga hak asasi manusia (HAM) seperti Komisi
untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), Yayasan
Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), dan Lembaga Bantuan
Hukum (LBH) Jakarta, mendatangi Kantor Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia (Komnas HAM) pada pagi hari tanggal 29 Agustus 2025 untuk
melaporkan secara resmi peristiwa tersebut. Laporan ini diserahkan langsung
kepada bagian Pengaduan dan Pemantauan Komnas HAM, dengan tuntutan
agar lembaga tersebut segera melakukan penyelidikan mendalam dan
independen atas dugaan pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh aparat
dalam peristiwa Pejompongan.
Menanggapi laporan itu, Komnas HAM RI segera membentuk Tim
Pemantauan dan Penyelidikan Cepat (TPP) yang beranggotakan penyelidik
dari Subkomisi Pemantauan dan Penyelidikan. Tugas utama tim ini adalah
melakukan pengumpulan bukti lapangan, memeriksa saksi-saksi,
menganalisis rekaman video yang viral, serta mengkaji hasil visum et
repertum dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) tempat korban
sempat dirawat. Dalam keterangan resmi Komnas HAM yang dirilis dua hari
kemudian, hasil temuan awal menunjukkan bahwa terdapat indikasi kuat
pelanggaran hak asasi manusia, khususnya hak untuk hidup dan hak atas rasa
aman sebagaimana dijamin oleh Pasal 9 dan Pasal 30 Undang-Undang Nomor
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Komnas HAM menilai tindakan
aparat yang mengoperasikan kendaraan taktis di tengah kerumunan sipil
tanpa kendali situasional yang memadai termasuk dalam kategori penggunaan
kekuatan yang tidak proporsional dan melanggar prinsip kehati-hatian
sebagaimana diatur dalam Basic Principles on the Use of Force and Firearms
by Law Enforcement Officials (PBB, 1990).
Sementara itu, dari pihak kepolisian, Kepala Divisi Profesi dan
Pengamanan Polri, Irjen Pol. Abdul Karim, mengungkapkan bahwa Propam
telah mengamankan tujuh anggota Brimob yang terlibat dalam penabrakan
yang mengakibatkan Affan Kurniawan meninggal dunia pada unjuk rasa di
DPR RI yang berujung pada kerusuhan. Abdul Karim menyebutkan bahwa
tujuh anggota Brimob tersebut diantaranya Kompol CDC, Aipda M, Bripka
R, Briptu D, Bripda M, serta dua anggota lainnya, Baraka Y dan Baraka J.
Tujuh anggota Brimob yang diduga terlibat langsung dalam operasi malam
itu, termasuk sopir kendaraan taktis, komandan regu, dan beberapa personel
pengamanan lapangan. Ketujuh anggota tersebut dinonaktifkan sementara

