Page 177 - 5f871381b4cd9c6426e115cd17c3ac43
P. 177

Keanekaragaman Genetika   | 153

                Teknik molekuler terus dikembangkan       yang berbahaya dengan penampakan yang
            untuk memanfaatkan sumber daya genetik.       mirip dengan inokulum kecap Aspergillus
            Prinsipnya, gen-gen rRNA dari sampel          oryzae, yaitu berspora hijau. Melalui mutasi
            lingkungan (misalnya tanah, air, feses, darah)   dengan iradiasi sinar ultraviolet, mutan A.
            dideteksi dan dikopi (amplifikasi) de ngan    oryzae berspora putih dihasilkan dan dapat
            teknik polymerase chain reaction atau PCR.    digunakan sebagai inokulum yang membe-
            Produk PCR selanjutnya disisipkan ke dalam    dakan dengan kapang kontaminan sehingga
            vektor (umumnya plasmid), ditransformasi      dihasilkan kecap bebas aflatoksin (Sulistyo &
            ke sel kompeten (umumnya sel E. coli) untuk   Nikkuni 2003). Sebagai hasil mutasi, jenis A.
            menghasilkan klon dengan aktivitas spesifik   oryzae tidak kehilangan aktivitas fungsional-
            yang dikehendaki.                             nya dan memiliki  potensi  dalam sintesis
                                                          prebiotik fruktooligosakarida (Gambar 96).
                Mikrob, baik berupa sel maupun
            bagian-bagiannya, seperti genom, plasmid,
            virus,  dan  DNA,  merupakan  perangkat
            bioteknologi. Sebagian besar mikrob masih
            tersembunyi dan membutuhkan eksplorasi,
            identifikasi dan konservasi pada tingkat
            molekuler. Kajian SDG mikrob dari berbagai
            sumber terus berkembang seiring dengan
            penguasaan teknik molekuler berbasis gen.
            Dengan menggunakan teknik polymerase chain
            reaction (PCR), keragaman genotip suatu
            jenis dapat ditentukan. Kapang Monascus
            purpureus sebagai organisme yang berperan     Foto: Puslit Biologi-LIPI
            dalam fermentasi beras merah atau red mold    Gambar 95. Kapang Aspergillus oryzae dengan
            rice (angkak) di Indonesia memiliki keaneka-  spora putih (1) dalam kultur curah sel (2) untuk
            ragaman genotip (Gambar 95).                  menghasilkan prebiotik frukto-oligosakarida (3)
                Monascus purpureus adalah jenis kapang
            yang mampu menghasilkan senyawa lovas-
            tatin, suatu senyawa yang berpotensi untuk
            digunakan sebagai obat karena aktivitasnya
            dalam menurunkan kolesterol darah. Ter-
            gantung dari galur M. purpureus, kapasitas
            produksi lovastatin dari sembilan belas galur
            yang diuji bervariasi, mulai dari 0,05% sampai
            0,92% (Kasim et al. 2005). Informasi genotip
            kapang M. purpureus dapat digunakan dalam
            pemilihan galur yang menghasilkan senyawa
            antikolesterol lovastatin tinggi. Variasi gene-
            tika Monascus spp. sangat menarik dan kajian
            filogenetika berdasarkan internal transcribed
            spacer (ITS)  region melengkapi informasi
            morfologi kultur mikrob tersebut (Suharna
            et al. 2005).

                Sumber daya genetika bermanfaat
            sebagai “cetakan” untuk  memodifikasi
            bentuk dan aktivitas baru yang dianggap
            bernilai lebih potensial. Proses modifikasi   Foto: Suharna, Puslit Biologi-LIPI
            genetik seperti mutasi dapat dilakukan untuk   Gambar 96. Sumber daya genetika untuk
            mendapatkan galur dari jenis yang sama       (1) fermentasi padat angkak atau beras merah, (2)
                                                         dengan kapang Monascus pupureus yang menunjuk-
            dengan morfologi yang berbeda. Sebagai       kan koloni berpigmen merah, dan
            contoh, dalam pembuatan kecap dijumpai       (3) spora mikroskopis
            risiko kontaminasi kapang Aspergillus flavus
   172   173   174   175   176   177   178   179   180   181   182