Page 76 - Parpol: Kaya Uang, Miskin Ideologi
P. 76

Majapahit  abad  11  visi  misi  Kawula  Mataram  jaya,  upacara  rakyat  Sadhranan
           diangkat menjadi Upacara Agung atau Pasradhan Agung (Negara Kertagama pupuh
           63  s.d  67)  atas  usul  Patih  Mangkubumi  Gajah  Mada  tahun  Saka  1284  atau  tahun
           Masehi 1351.
                Dalam  Pasradhan/  Sadranan  Agung  tidak  hanya  memule  para  leluhur  tetapi
           untuk mengenang Sri Raja Patmi Gayatri atas perintah Baginda Sang Rani Tribhuana
           Wijaya Tungga Dewi. Maka mengenang Leluhur dan Para Pahlawan Kusumanegara
           dalam upacara Sadranan adalah ritual visi misi haul Mataram, “Sing wis sumare luwih
           awas  luwih  sugeng”  Gusti  Allah  dudu  Gusti  Allahe  Wong  Mati  Nanging  Gusti
           Allahing Wong Urip, Maka praksisnya kawula Mataram adalah Pilihlah Hidup bukan
           Kematian.  Artinya  Berkat  bukan  Kutuk,  dengan  demikian  menjadi  pribadi  yang
           Pancasilais sejati ! Dibuang jauh pribadi non-Pancasila-is !, Demikian praksis kawula
           Mataram, Peran Para Raja Mataram jelas menjadi Pengayom dan Peneguh visi misi
           Kawula Mataram. Visi misi Kawula Mataram inilah yang harus selalu dihidupi dalam
           semangat Peradaban Baru Renaisans Mataram Yogyakarta
                Peradaban  Baru  Mataram  Yogyakarta  harus  selalu  berpegang  pada  budaya
           spiritual yang sudah dibangun berurat berakar. Garis imajiner yang sudah ditancapkan
           para  pendahulu  menjadi  spirit  dalam  kepemimpinan  Yogyakarta  adalah  Gunung
           Merapi-Laut  Selatan  dan  Sumbu  Filosofi  Tugu-Kraton-Panggung  Krapyak.
           Terwujudnya “idealitas” masyarakat yang sejahtera, adil makmur dan sentosa menjadi
           sebuah harapan seluruh masyarakat Yogjakarta.

           Tri filosofi Mataram
           1.  Sangkan Paraning Dumadi
               Mengenal diri dari lahir, dewasa, sampai mati (Aku Sopo, Karo Sopo, Nangendi,
               Kudupiye,  “mengenal  diri,  tahu  diri,  mawas  diri,  merasa  punya  harga  diri,
               ketemu jati diri),
               *   Digambarkan  perjalanan  kehidupan  dari  kelahiran  sampai  dewasa  dan
                  menikah dari makna sumbu filosofi baik berupa bangunan nama kampung,
                  pepohonan,  tetembangan  jawa  dari  Mas  Kumambang,  Mijil,  Kinanthi,
                  Sinom,  Asmorodana,  Gambuh,  Dandang  Gulo,  berawal  dari  Panggung
                  Krapyak menuju ke Kraton Yogyakarta
               *   Digambarkan  perjalanan  kehidupan  dari  dewasa  sampai  meninggal  dari
                  makna sumbu filosofi baik berupa nama bangunan, nama jalan, nama pasar,

                                        75
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81