Page 71 - Parpol: Kaya Uang, Miskin Ideologi
P. 71

3.  Manunggaling  Kawulo  lan  Gusti,  yaitu  visi  sosiologis  dan  teologis.  Secara
              sosiologis, kebudayaan Yogya bersifat demokratis di mana pemimpin bisa bersatu
              dengan  rakyat  (“tahta  untuk  rakyat”).  Kedua,  secara  teologis,  manusia  Yogya
              harus  bertumbuh  dalam  moralitas  dan  spiritualitas  yang  semakin  mendekatkan
              dirinya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
                Sebagai  catatan, ketiga  nilai  filosofi  ini  digambarkan secara skematis dalam
           sistem tata ruang Kota Yogyakarta. Pada 2017, UNESCO mengapresiasi Yogyakarta
           sebagai “The City of Philosophy”.
           1.  Tata ruang dari Panggung Krapyak (Selatan), Kraton (tengah), dan Tugu Yogya
              (Utara)  berada  dalam  satu  garis  lurus  yang  disebut  sebagai  “sumbu  filosofis
              Yogya”.
           2.  Dari  Panggung  Krapyak  sampai  Kraton  menggambarkan  perjalanan  hidup
              manusia dari lahir hingga dewasa (Sangkaning Dumadi). Bangunan-bangunan dan
              vegetasi di lintasan garis ini merupakan simbol-simbol proses pertumbuhan dan
              proses belajar menuju kedewasaan.
           3.  Dari Tugu Yogya sampai Kraton menggambarkan perjalanan hidup manusia dari
              dewasan sampai wafat dipanggil Tuhan (Paraning Dumadi). Bangunan-bangunan
              dan vegetasi di lintasan garis ini merupakan simbol-simbol kedewasaan moral dan
              etika kehidupan harus dikembangkan supaya manusia berjiwa mulia dan berkenan
              di hadapan Tuhan Yang Maha Esa.
           4.  Tugu  Yogya  disebut  sebagai  Tugu  Golong  Gilig  yang  melambangkan  nilai
              Manunggaling Kawulo lan Gusti.
           5.  Keseluruhan  tata  ruang  Kota  Yogya  itu,  yang  berpusat  pada  bangunan  Kraton,
              menggambarkan visi untuk memperincah dunia yang indah (Hamemayu Hayuning
              Bawana)

           Penerapan (Operasionalisasi) Sistem Nilai Yogya dalam Masterplan JSP
                Sisem nilai budaya bersifat abatrak karena merupakan pandangan hidup yang
           bersifat filosofis. Untuk menjadi pedoman hidup bagi perilaku manusia/masarakat dan
           pedoman  bagi  penciptaan  benda-benda  budaya  (peralatan  fisik  yang  dalam  konteks
           modern adalah  teknologi), sistem nilai diterjemahka atau dijabarkan menjadi sistem
           norma dan hukum.
                Dimensi-dimensi kehidupan manusia/masyarakat yang bersifat riel merupakan
           pranata-pranata sosial. Dalam pespektif ilmu budaya, pranata adalah sistem aktivitas

                                        70
   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76