Page 15 - Konflik Bersejarah Runtuhnya Hindia Belanda (Nino Oktorino) Septa
P. 15

7



              dan terbuka seperti saat itu. Seperti yang dikatakan oleh         RAPUH
              seorang tawanan, ”Jadi dapat dimengerti apabila pada
              waktu itu pamor orang kulit putih telah mendapatkan               ANG
              pukulan yang menghancurkan dan tidak akan dapat
              diperbaiki lagi … Bahwa mereka adalah orang kulit putih,
              orang Jerman atau Belanda, bukanlah soal bagi mereka,             K OLONI Y
              serdadu-serdadu Ambon itu”.
                 Lalu, bagaimana orang Indonesia menyingkapi keadaan
              di atas?
                 Pada mulanya, para pemimpin Indonesia, baik yang
              men jadi anggota Volks raad (dewan perwakilan) maupun
              para pemimpin nasionalis yang dibuang pemerintah Belan-
                              pustaka-indo.blogspot.com
              da, menyatakan kesetiaan mereka serta mem berikan du-
              kungan terhadap peperangan melawan Jerman. Di an tara
              me reka terdapat pengkritik pemerintah kolonial paling
              sengit, dr. Tjipto Mangoen koesoemo, yang dalam pem-
              buangannya di Makassar memimpin demonstrasi di depan
              gubernur Sulawesi untuk menyatakan duka cita sekaligus
              kesetiaan terhadap pemerintah Belanda dalam menghadapi
              bencana ”Nasional” yang sedang terjadi. Memang pada
              masa itu terdapat sentimen anti-Nazi dan anti-fasis yang
              kuat di kalangan kaum pergerakan Indonesia, yang ka-
              dang kala mengalahkan sikap anti-kolonial mereka. Hal
              itu sendiri tidak terlepas dari pandangan rasisme yang
              diagung-agungkan Hitler dan pengikutnya mau pun kenya-
              taan dari sikap kejam fasisme yang menindas segala ben-
              tuk oposisi—sementara, hingga batas-batas tertentu, pe-
              me rintah kolonial mem berikan toleransi terhadap sikap
              oposisi. Selain itu, Vlammend Protest, pro tes bersemangat
              dari Ratu Wilhelmina terhadap penyerangan Jerman,
              meng getarkan hati banyak orang Indonesia, yang pada
              dasarnya juga memiliki perasaan sentimental terhadap
              Negeri Belanda dan melihatnya sebagai sebuah negara ke-
              cil yang diserang oleh negara besar.
                                                                                   001/I/15 MC
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20