Page 17 - Konflik Bersejarah Runtuhnya Hindia Belanda (Nino Oktorino) Septa
P. 17

9



              Beloften (Janji November), di mana dia menjanjikan akan           RAPUH
              meng adakan Komisi Perubahan yang akan meninjau
              kekuasaan Volksraad dan struktur administrasi peme rin-           ANG
              tah Hindia Belanda. Sikap toleran sang Gu bernur Jenderal
              dapat mengambil hati kaum terpelajar Indonesia karena
              pan dangannya sangat progresif, utilitarianistis, dan             K OLONI Y
              mem beri kesempatan organisasi nasionalis untuk hidup
              dengan sehat dan terbuka. Namun kebi jakan tersebut me-
              nim bulkan penentangan hebat di Negeri Belanda karena
              dipandang sebagai konsesi yang tidak bertanggung jawab.
                 Kebijakan van Limburg Stirum dilanjutkan oleh dua
              orang penggantinya, D. Fock dan Jkhr. Mr. A.C.D. De
              Graeff. Selama masa pemerintahan para gubernur jen -
              deral pendukung Politik Etis ini, kaum nasionalis Indo-
              nesia memperoleh cukup banyak ruang gerak untuk
              mengekspresikan perjuangan mereka. Namun hal ter se-
              but tidak disukai oleh banyak orang Belanda di Hindia
              Belanda, yang merasa cemas dan sakit hati dengan ra pat-
              rapat umum besar kaum nasionalis Indonesia, di mana
              Soekarno dan para pemimpin pergerakan dengan se-
              enak nya mencerca penguasa kolonial. Pada masa ini lah,
              sejumlah pelajar Indonesia mengadakan Kongres Pemuda
              di Batavia dan mengikrarkan ”Sumpah Pemuda” pada
              tang gal 28 Oktober 1928.
                 Akan tetapi November Beloften telah jauh disingkirkan
              dari kebijakan pe ngu a sa kolonial pada hari-hari di bu-
              lan Mei 1940. Sebagai gantinya, mereka menerapkan pe-
              mikiran bekas menteri jajahan Belanda yang konservatif,
              Hendrikus Colijn. Dalam bukunya yang berjudul Koloniale
              Vraagstukkon van Heden en Morgen, Colijn dengan jelas
              menyatakan bahwa tidak ada kesadaran bangsa Indonesia
              sedangkan kesatuan bangsa Indonesia hanyalah merupa-
              kan suatu fatamorgana. Karena itu, ”Hindia” tidak akan
              mampu berdiri sen diri.
                                                                                   001/I/15 MC
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22