Page 21 - Konflik Bersejarah Runtuhnya Hindia Belanda (Nino Oktorino) Septa
P. 21

13



              belum jelas karena bahaya ancaman Jerman Nazi se-                 RAPUH
              men tara bangsa Indonesia sendiri belum matang untuk
              memikul tanggung jawab untuk memerintah sendiri. Mes-             ANG
              kipun penolakan itu sudah diduga oleh sebagian besar
              kaum pergerakan nasional, tetapi hal itu sendiri cukup

              me mukul mereka. Peristiwa itu se makin meyakinkan                K OLONI Y
              kaum pergerakan nasional bahwa bagaimana pun pe me-
              rin tah Belanda tidak akan pernah bersedia memberikan
              ke merdekaan kepada bangsa Indonesia.

                 Gubernur jenderal yang baru, Tjarda van Starkenborg
              Stachower, ternyata tidak seliberal yang diduga kaum
              nasionalis Indonesia. Van Starkenborg sen diri menolak
              ber diskusi dengan kaum nasionalis mengenai masalah
              status Hindia Belanda di masa depan. Satu-satunya per-
              bedaan antara dia dan pen dahulunya, yaitu de Jonge, ha-
              nyalah sikap sopannya.
                 Sikap konservatif pemerintah kolonial yang kurang
              memperhatikan ke pentingan bangsa Indonesia, khu-



                    Mr.  Soetardjo Kartohadikusumo (x) mendengarkan perdebatan di  Volks-
                    raad saat membahas petisi yang diajukannya.  (Sumber: Sejarah Nasional
                    In donesia)












               X







                                                                                   001/I/15 MC
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26