Page 23 - Konflik Bersejarah Runtuhnya Hindia Belanda (Nino Oktorino) Septa
P. 23
15
Jatuhnya Negeri Belanda ke tangan Jerman Nazi RAPUH
pada bulan Mei 1940 membuka kembali harapan di ka-
langan para pemimpin pergerakan di Volksraad bahwa ANG
pemerintah Belanda akan memberikan beberapa konsesi.
Namun, lagi-lagi mereka dikecewakan. Mereka hanya men-
dapat jawaban samar-samar dari van Starkenborg bahwa K OLONI Y
mungkin akan dilakukan beberapa perubahan setelah pe-
rang berakhir.
Tiga mosi dalam Volksraad yang disponsori oleh
Thamrin, Soetardjo, dan Wiwoho meminta agar pemerintah
menggunakan istilah ”Indonesiër” (orang Indonesia) seba-
gai pengganti kata penghinaan inlander (pribumi) da lam
do kumen-dokumen resmi, menetapkan kewarganegaraan
Hin dia, dan melakukan perubahan agar Volksraad dapat
menjadi semacam parlemen yang sebenarnya. Namun mosi-
mosi tersebut umumnya ditanggapi secara negatif oleh
pemerintah sehingga ditarik kembali oleh para spon sornya.
Sementara itu, jatuhnya Negeri Belanda sendiri se-
benarnya menyebabkan terjadinya kepincangan dalam
kehidupan tata negara Hindia Belanda akibat terputusnya
hubungan dengan negeri induk. Di tengah-tengah kemelut
ini, pada bulan Agustus 1940 GAPI mengeluarkan reso-
lusi yang menuntut di adakannya perubahan sistem keta-
tanegaraan di Hindia Belanda. Mereka mengusulkan
pem bentukan suatu uni Belanda-Indonesia berdasarkan
ke dudukan yang setara bagi kedua belah pihak, di mana
Volksraad akan berubah menjadi badan legislatif yang
bersifat bikameral atas dasar sistem pemilihan yang adil.
Resolusi tersebut kemudian dikirimkan kepada gubernur
jenderal, Volksraad, Ratu Wihelmina dan kabinet Belanda
di London, Inggris.
Pada tanggal 14 September 1940, atas persetujuan
peme rintah Belanda, dibentuklah Commissie tot
bestudeering van Staatsrechtelijke hervormingen (Panitia
001/I/15 MC