Page 22 - Konflik Bersejarah Runtuhnya Hindia Belanda (Nino Oktorino) Septa
P. 22
14
R
susnya setelah kegagalan Petisi Soetardjo, akhirnya men-
dorong kaum nasionalis untuk menggalang kekuatan
ber sama. Pada tanggal 21 Mei 1939, sejumlah organisasi
nasionalis Indonesia se perti PSII, Gerindo, PII, Pasundan
UNTUHNY
dan Persatuan Minahasa, sepakat men dirikan sebuah or-
ganisasi kerja sama antarorganisasi politik yang diberi na
ma Gabungan Politik Indonesia (GAPI). Dalam kongresnya
yang per tama pada tanggal 4 Juli 1939, dibicarakan aksi
GAPI dengan semboyan ”Indonesia Berparlemen”. Dengan
demikian, jelas GAPI tidak menuntut kemerdekaan penuh,
tetapi menginginkan peningkatan partisipasi rakyat da-
A HINDIA BELAND
A
lam pemerintahan yang sesuai dengan sendi-sendi demo-
krasi.
Ketika Hitler menyerbu Polandia pada tanggal 1 Sep-
tember 1939, pihak GAPI menekan Belanda supaya mem-
berikan otonomi sehingga dapat dibentuk aksi ber sama
Belanda-Indonesia dalam menghadapi fasisme. Un tuk
mencapai tujuan yang dicita-citakannya itu, GAPI me-
nyerukan kepada semua lapisan rakyat Indonesia agar
men dukung perjuangan mereka. Seruan GAPI itu disambut
hangat oleh pers Indonesia dengan cara memberitakan
secara panjang lebar mengenai GAPI. Pihak GAPI sendiri
kemudian mengadakan aksi rapat-rapat umum. Dalam
rangka untuk meningkatkan aksi-aksi GAPI, kemudian di-
bentuk Komite Parlemen Indonesia di seluruh Indonesia.
Pada bulan Februari 1940, tuntutan GAPI dibicarakan di
Tweede Kamer. Namun hanya SDAP (partai sosialis) saja
yang menyokong tuntutan GAPI, sedangkan yang lainnya
menolak dengan alasan waktunya masih terlalu dini. Pe-
merintah Belanda sendiri memperjelas posisinya dengan
menyatakan bahwa selama tanggung jawab terakhir
atas Hindia Belanda masih di tangannya, sehingga tidak
akan ada otonomi maupun pemerintahan parlementer di
Hindia.
001/I/15 MC