Page 11 - Adab al-Alim Wa al-Muta'allim
P. 11
10 Adab al-Alim Wa al-Muta'allim
* Ia menjawab: “Aku memerintahkan orang lain agar melakukan kebaikan, tetapi aku sendiri
tidak melakukannya dan aku melarang orang lain agar tidak melakukan perbuatan yang buruk,
sementara aku sendiri melakukannya”.
Diriwayatkan dari Bisyr : “Allah memberikan wahyu kepada Nabi Dawud :”Janganlah engkau
jadikan antara aku dan engkau ada seorang yang alim yang terfitnah, sehingga sifat takaburnya
(sombong) menjauhkan dirimu untuk mencintai Aku. Mereka itu adalah orang yang
pekerjaannya menghadang hamba-hamba-Ku di tengah jalan”.
Sufyan Al Tsauri berkata: “Ilmu itu dipelajari hanyalah untuk bertakwa. Ia memiliki kelebihan
yang tak dimiliki oleh orang lain karena fungsinya sebagai sarana pengantar ketakwaan
bertakwa kepada Allah . Jika tujuan ini di lukai dan niat mencari ilmu menjadi rusak, misalnya
dia merasa ilmunya akan menjadi sarana untuk menggapai keduniaan: berupa harta benda atau
jabatan, maka pahala orang yang mencari ilmu itu benar-benar terhapus dan ia benar-benar
mengalami kerugian yang amat besar.
Al Fudhail bin 'Iyadi telah berkata: Ada riwayat yang sampai kepadaku "Para ulama' dan
penghafal al-Qur’an yang fasiq, nanti di hari kiamat akan disiksa terlebih dahulu sebelum
disiksanya orang-orang yang menyembah berhala”.
Al Hasan al Basri telah berkata: "Siksaan ilmu adalah matinya hati, kemudian Ia ditanya: “Apa
yang dimaksud dengan matinya hati? Ia menjawab: “Matinya hati adalah mencari dunia dengan
amalan akhirat”.