Page 26 - Adab al-Alim Wa al-Muta'allim
P. 26
25 Adab al-Alim Wa al-Muta'allim
Ia harus bersungguh-sungguh dalam memahami tafsir Al-Qur'an dan beberapa ilmu yang lain,
karena al-Quran merupakan sumber dari segala ilmu pengetahuan yang ada di muka bumi dan
sekaligus induk dan ilmu yang paling penting, setelah itu hendaknya ia menghafalkan setiap
materi, ilmu yang pembahasannya tidak terlalu panjang, bertele-tele (ikhtishar) yang
dikumpulkan dari ilmu hadits, fiqih, ushul fiqih, nahwu dan sharaf.
Kesibukan yang dijalani oleh pelajar dalam mencari ilmu jangan sampai melupakan untuk
membaca Al-Qur'an, menjaganya, selalu istigamah dan selalu membacanya sebagai kegiatan
sehari-hari (wadhifah). Hendaknya ia mampu menjaga al-Qur’an setelah menghafalkannya,
karena berdasarkan dalil al Hadits yang menjelaskan tentang hal itu.
Setelah santri mampu menghafalkan al-Quran dengan baik, maka hendaklah hafalan itu
ditashihkan, disetorkan kepada Seorang guru (kyai) untuk disima' dan didengar. Ketika sedang
terjadi proses menghafalkan itu pelajar sejak awal menjaga dirinya jangan sampai selalu
berpegang (melihat) pada kitabnya, bahkan dalam setiap materi pelajaran semestinya ia harus
berpegang teguh pada orang-orang yang bisa memberikan pengajaran, pendidikan yang baik
terhadap materi tersebut dan lebih mengutamakan praktek.
Sebagai santri ketika berada dihadapan gurunya ia harus selalu menjaga agamanya, menjaga
ilmunya, kasih sayang pada yang lain dan sebagainya.
Ketiga, sejak awal pelajar harus bisa menahan diri dan tidak terjebak dalam pembahasan
mengenai hal-hal yang masih terdapat perbedaan pandangan, tidak ada persamaan persepsi di
antara para ulama' (khilafah) secara mutlak baik yang berhubungan dengan pemikiran-
pemikiran atau yang bersumber dari Tuhan, karena apabila hal itu masih dilakukan oleh pelajar
maka sudah barang tentu akan membuat hatinya bingung, dan membuat akal pikiran tidak
tenang.
Bahkan sejak awal ia harus bisa meyakinkan dirinya untuk berpegang pada hanya satu kitab
sama dalam satu materi pelajaran, dan beberapa kitab pada beberapa meteri pelajaran dengan
syarat apabila ia mampu dengan menggunakan satu metode dan mendapat izin dari sang kyai
(guru), namun apabila sistem pengajaran yang telah diberikan oleh gurunya itu hanya menukil,
memindah pendapat dari beberapa madzhab dan masih ada ikhtilaf di kalangan ulama' itu