Page 28 - Adab al-Alim Wa al-Muta'allim
P. 28

27   Adab al-Alim Wa al-Muta'allim



               atau  buku  saja,  tetapi  diambil  dan  diperoleh  dari  seorang  guru  karena  hal  itu  merupakan

               kerusakan yang sangat berbahaya.


               Ketika sedang mengkaji sebuah ilmu pengetahuan, hendaknya pelajar mempersiapkan tempat
               tinta,  pulpen  dan  asahan  pena  untuk  memperbaiki  dan  membenarkan  hal-hal  yang  perlu

               diperbaiki baik dalam segi bahasa atau i'rab.


               Kelima,  hendaknya  pelajar  (murid)  berangkat  lebih  awal.  Lebih  pagi  dalam  rangka  untuk

               mencari ilmu. Jika berupa ilmu hadits, pelajar tidak menyia-nyiakan seluruh kesempatan yang
               ia miliki untuk menggali ilmu pengetahuan dan meneliti sanad sanad hadits, hukum-hukumnya,

               manfaat,  bahasa, cerita-cerita yang terkandung didalamnya, dan bersungguh-sungguh  sejak

               awal dengan kitab “Shahih Bukhari” dan “Shahih Muslim” kemudian kitab-kitab pokok yang
               lainya yang biasa dipakai pedoman, rujukan pada masa sekarang, seperti Muwattha'nya imam

               Maliki dan Sunan Abu Daud, Sunan Nasa'i, Sunan Ibnu Majah, kitab Jami'nya Imam Turmudzi.
               Dan  tidak  seharusnya  bagi  pelajar  untuk  meminimalisasikan  batasan-batasan  yang  telah

               dikemukakan di atas.


               Sebaik-baiknya kitab yang bisa/mampu menolong kepada orang yang alim, orang yang ahli

               dalam  ilmu  fiqih  adalah  kitab  “Sunan  Al  Kubra”  Karya  Abu  Bakar  Al  Baihaqi,  karena
               sesungguhnya hadits merupakan salah satu dari dua sisi ilmu syari'at dan sekaligus mampu

               menjelaskan terhadap begitu banyaknya persoalan yang ada pada sisi yang lain yaitu al Qur'an,
               artinya  al-Qur'an  merupakan  kitab  suci  yang  kandungan  isinya  bersifat  universal,  oleh

               karenanya dibutuhkan alat untuk menerjemahkan isi Al-Qur'an tersebut yaitu al-Hadits.


               Imam as Syafii berkata : “Barangsiapa yang mampu mempelajari kitab hadits, maka la akan

               memiliki hujjah yang sangat kuat”.


               Keenam, ketika pelajar telah mampu menjelaskan, mengejawantahkan terhadap apa yang ia

               hafalkan walaupun masih dalam tahap ikhtishar dan bisa menguraikan kemusykilan yang ada
               dan faidah-faidah yang sangat penting, maka ia diperbolehkan pindah untuk membahas kitab-

               kitab besar serta tiada henti, terus menerus menelaah tanpa mengenal rasa lelah.


               Hendaknya pelajar memiliki cita-cita tinggi, sangat luhur, ibaratnya kaki boleh dibumi tapi
               cita-cita menggelantung diangkasa, sehingga tidak boleh merasa cukup hanya memiliki ilmu
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33