Page 33 - Adab al-Alim Wa al-Muta'allim
P. 33

32   Adab al-Alim Wa al-Muta'allim



               bersifat darurat, misalnya menunaikan hajat, memperbarui wudlu' dengan ketentuan apabila ia

               kembali pada tempat semula.


               Apabila ada dua orang yang saling mendahului atau saling rebutan tempat, maka hendaknya
               keduanya di undi, atau guru yang menentukan mana yang lebih dulu berhak menempatinya,

               apabila salah satunya melakukan perbuatan yang baik.


               Kesebelas, menjaga kesopanan duduk dihadapan guru ketika mengikuti kegiatan belajar dan

               juga harus memperhatikan kebiasaan, tradisi yang selama ini dipakai, diterapkan oleh guru
               dalam mengajar.



               Santri  hendaknya,  hendaknya  murid  duduk  dihadapan  guru  menurut  akhlak  yang  telah
               dijelaskan  secara  rinci  dalam  bab  akhlak  kepada  guru.  Murid  hendaknya  membawa  kitab

               sendiri yang akan dipelajari bersama guru. Tidak meletakkan kitab yang sedang di baca di atas
               lantai  dalam  keadaan  terbuka,  tetapi  murid  harus  memegangnya.  Tidak  diperbolehkan

               membaca kitab guru kecuali atas izin sang guru, disamping itu sang santri tidak boleh membaca
               kitab ketika hati sang guru sedang kalut, bosan, marah, susah dan sebagainya.



               Apabila ustazd memberikan izin, maka santri sebelum membaca kitab hendaknya membaca,
               ta'awwudz, basmalah, hamdalah, sholawat kepada Nabi Saw keluarganya, para sahabatnya,

               kemudian  mendoakan  kepada  ustazdnya,  orang  tua  para  gurunya,  dirinya  sendiri,  kaum
               muslimin semuanya. Dan memintakan rahmat kepada Allah SWT untuk pengarang kitab ketika

               membacanya.


               Dan apabila pelajar mendoakan gurunya, maka hendaklah la mengucapkan kata-kata: “Semoga

               Allah  meridhoi  kalian  semua”,  “meridhoi  guru-guru  kita”,  “meridhoi  pemimpin  kita”,  dan
               gelar-gelar senada yang dipanjatkan oleh sang murid yang dikhususkan untuk sang gurunya.



               Apabila santri telah selesai belajar, hendaknya ia juga mendoakan terhadap gurunya. Apabila
               santri tidak memulai dengan hal hal yang telah disebutkan diatas, baik karena lupa atau karena

               kebodohannya  sendiri,  maka  hendaknya  guru  mengingatkan  terhadap  santri  tersebut,
               mengajarinya,  dan  mengingatkannya,  karena  hal  itu  termasuk  etika,  akhlak  yang  paling

               penting.
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38