Page 38 - Adab al-Alim Wa al-Muta'allim
P. 38
37 Adab al-Alim Wa al-Muta'allim
Kesembilan, tidak mengagungkan santri-santri karena berasal dari anak penguasa dunia
(pejabat, konglomerat, dan lain-lain) seperti mendatangi mereka untuk keperluan
pendidikannya atau bekerja untuk kepentingannya, kecuali jika ada kemaslahatan yang bisa
diharapkan yang melebihi kehinaan ini, terutama guru pergi kerumah atau ke tempat-tempat
orang yang belajar kepadanya (santri), meskipun murid itu mempunyai kedudukan yang sangat
tinggi, pejabat tinggi dan sebagainya.
Bahkan yang harus dilakukan oleh seorang guru adalah ia harus mampu menjaga kewibawaan
ilmu yang ia miliki, seperti yang telah dilakukan oleh para ulama' salafussholihin. Berita yang
berhubungan dengan mereka sangat baik, tidak pernah ada berita yang mendiskriditkan
mereka, karena mereka mampu menjaga ilmunya dari godaan dunia, walaupun mereka tidak
pernah mengambil jarak terhadap para penguasa masa itu atau yang lainya.
Seperti yang diriwayatkan oleh Imam Malik bin Anas, suatu ketika beliau mendatangi raja
Harun Al Rasyid untuk berkunjung kekediamannya, kemudian Harun Al Rasyid berkata
kepadanya: "Hai Aba Abdillah, seharusnya engkau mondar mandir ketempat tinggalku ini,
sehingga anak-anak kecilku bisa mendengarkan kitab Muwattha' darimu. Imam Malik berkata:
Mudah-mudahan Allah memberikan berkah kepadamu wahai raja Harun Al Rasyid,
sesungguhnya ilmu ini telah menyebar ditengah masyarakat.
Apabila engkau memuliakan ilmu ini maka ia akan menjadi mulia, namun sebaliknya apabila
meremehkan ilmu ini, maka ia pun akan dihina oleh orang. Ilmu harus didatangi oleh orang
yang mencarinya, bukan sebaliknya ilmu yang mendatangi pelajar (santri), kemudian Harus Al
Rasyid berkata, engkau benar. Keluar kalian semua dimasjid-masjid sehingga kalian Semuanya
bisa mendengarnya bersama orang lain.
Al Zuhry berkata: "sebuah kehinaan bagi ilmu apabila ia dibawa oleh orang-orang yang alim
kerumah-rumah muridnya, kecuali ada hal-hal yang memaksanya, atau dalam keadaan darurat,
serta adanya kemaslahatan yang lebih banyak dari pada mafsadat (kerusakan) nya. Maka untuk
memberikan ilmu diirumah orang yang membutuhkannya tidak akan menjadi masalah (dosa)
selama alasan atau iilat tersebut masih ada. Argumentasi ini juga dipakai oleh sebagian ulama'
salaf untuk menyebarkan ilmu.