Page 37 - Adab al-Alim Wa al-Muta'allim
P. 37

36   Adab al-Alim Wa al-Muta'allim



               Keempat, senantiasa bersikap wira'i. Wira'i menurut Ibrahim ibn Adham, adalah meninggalkan

               setiap  perkara  subhat  sekaligus  meninggalkan  setiap  perkara  yang  tidak  bermanfaat,  yakni
               perkara yang sia-sia. Sedangkan menurut Yusuf ibn  Abid, Wara' adalah keluar dari setiap

               perkara subhat dan mengoreksi diri dalam setiap keadaan. (Risalah Al Qusairiyah, 109-111)


               Kelima,  selalu  bersikap  tawadlu'.  Syaikh  Junaidi  menyatakan  bahwa,  Tawadlu'  adalah

               merendahkan diri terhadap makhlug dan melembutkan diri kepada mereka, atau patuh kepada
               kebenaran dan tidak berpaling dari hikmah, hukum, dan kebijaksanaan. (Risalah al Qusairiyah,

               145-148).


               Keenam, selalu bersikap khusu' kepada Allah. Salah satu isi surat yang ditulis oleh imam Malik

               kepada Harun al-Rasyid  adalah: “Apabila engkau mengerti tentang ilmu,  maka hendaknya
               engkau  bisa  melihat  pengaruh  yang  ditimbulkan  oleh  ilmu  tersebut,  wibawa,  tenang  dan

               dermawan”. Karena Rasulullah telah bersabda bahwa :


               “Para ulama' itu pewaris para nabi."


               Sahabat  Umar  berkata:  “Pelajarilah  ilmu  dan  pelajarilah  bersama-sama  sehingga  bisa

               menimbulkan sifat wibawa dan sifat tenang.”


               Sebagian  ulama'  salaf  mengatakan  bahwa:  “kewajiban  orang-orang  yang  mempunyai  ilmu
               adalah  selalu  merendahkan  diri  kepada  Allah,  baik  ditempat  sunyi  atau  ditempat  ramai,

               menjaga terhadap dirinya sendiri, menghentikan setiap sesuatu yang dirasa menyulitkan dirinya

               sendiri”.


               Maksud dari khusu' di atas adalah stabilnya hati dalam menghadapi kebenaran, namun sebagian
               ulama' yang mengatakan bahwa khusu' adalah membelenggu mata dari melihat sesuatu yang

               tidak pantas.


               Ketujuh, menjadikan Allah sebagai tempat meminta pertolongan dalam segala keadaan.


               Kedelapan,  tidak  menjadikan  ilmunya  sebagai  tangga  Untuk  mencapai  keuntungan  yang

               bersifat duniawi, baik berupa Jabatan, harta, didengar oleh orang banyak, terkenal, lebih maju
               dibandingkan dengan teman yang lainnya.
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42