Page 39 - Adab al-Alim Wa al-Muta'allim
P. 39

38   Adab al-Alim Wa al-Muta'allim



               Secara umum dapat disimpulkan bahwa barang siapa yang mengagungkan ilmu, maka ia akan

               di agungkan oleh Allah, dan barang siapa yang meremehkan ilmu, maka ia akan dihina oleh
               Allah. Hal ini sudah banyak dan terbukti di tengah-tengah masyarakat.


               Wahab bin Munabbih telah berkata: "Ulama' sebelum kita, mereka semuannya merasa cukup

               dengan ilmu yang mereka miliki, sehingga mereka tidak membutuhkan harta dunia, karena

               mereka sangat mencintai terhadap ilmu. Sedangkan saat ini orang-orang yang ahli ilmu, mereka
               mengabdikan ilmunya kepada orang-orang yang banyak harta, sehingga yang terjadi orang

               yang memiliki harta, tidak suka ilmu karena mereka memandang rendah ilmu.”


               Sungguh  indah  apa  yang  disampaikan  oleh  Qadli  Abu  al  Hasan  al  Jurjani  dalam  bait-bait

               syairnya, Beliau berkata:


               » Aku belum pernah memenuhi hak ilmu * Setiap kali muncul ketamakan aku menjadikan ilmu
               sebagai anak tangga.

               » Aku belum pernah merendahkan jiwaku untuk melayani ilmu * Bukannya aku melayani
               orang yang aku temui, tapi malah aku ingin dilayani.

               »  Apakah  aku  menanam  ilmu  yang  mulia,  lalu  aku  memanen  hina  *  Karena  itu,  memilih

               kebodohan bisa jadi lebih menyelamatkan.
               » Andai orang yang berilmu menjaga ilmunya, maka ilmu itu yang akan menjaga mereka *

               Dan andai mereka memuliakannya dalam Jiwa, niscaya ia menjadi mulia.
               »  Namun  mereka  menghinakannya,  ia  pun  hina  *  dan  mereka  kotori  mukanya  dengan

               ketamakan hingga ta bermuram durja.


               Kesepuluh, berakhlaq dengan zuhud terhadap harta dunia, dan hanya mengambil sedikit dari

               dunia, hanya sekedar memenuhi kebutuhan hidupnya semata, tidak membahayakan terhadap
               dirinya sendiri, keluarganya, dengan cara sederhana dan selalu qana'ah.



               Pengertian zuhud di sini adalah menolak kesenangan atau kecintaan. Sedangkan menurut Abu
               Sulaiman Ad Daroni zuhud adalah meninggalkan segala sesuatu yang memalingkan diri dari

               Tuhan,  atau,  mengosongkan  hati  dari  dorongan  ingin  tambah  lebih  dari  kebutuhan  dan
               menghilangkan ketergantungan terhadap makhluk. Jelasnya zuhud adalah menganggap remeh

               terhadap dunia dan segala perhiasan serta urusannya. Dengan hati seperti ini orang yang zuhud
   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44