Page 36 - Adab al-Alim Wa al-Muta'allim
P. 36
35 Adab al-Alim Wa al-Muta'allim
BAB V
AKHLAK PRIBADI SEORANG GURU
Mengenai akhlaq guru (ustadz) kepada diri sendi ada dua puluh akhlak, yaitu hendaknya
seorang guru:
Pertama, selalu istigamah dalam muragabah kepada ” Allah, baik ditempat yang sunyi atau
ramai. Pengertian muragabah ialah melihat Allah dengan mata hati dan menghubungkannya
dengan perbuatan yang dilakukan selama ini, kemudian mengambil hikmahnya atau jalan yang
terbaik bagi dirinya dengan mempertimbangkan dan merasakan tentang adanya pemantauan
Tuhan kepadanya. Salah satu ciri muragabah menurut Dzunnun Al Misry adalah
mengagungkan apa yang diagungkan oleh Tuhan dan merendahkan apa yang direndahkan oleh
Tuhan. Muragabah merupakan salah satu dari sekian banyak tingkatan dan langkah dalam
kesufian, selain khauf, raja', tawadlu', khusu', zuhud', dan sebagainya. (Lihat Risalah Al
Qusyairiyah: 189-191).
Kedua, senantiasa berlaku khauf (takut kepada Allah) dalam segala ucapan dan tindakanya,
baik ditempat yang sunyi atau tempat ramai, karena orang yang alim adalah orang yang selalu
dapat menjaga amanat, dapat dipercaya terhadap sesuatu yang dititipkan kepadanya, baik itu
berupa ilmu, hikmah, dan perasaan takut kepada Allah. Sedangkan kebalikan dari hal tersebut
diatas dinamakan khianat. Allah telah berfirman dalam al-Qur'an:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian semua mengkhianatt terhadap Allah dan
rasul-Nya dan (juga) jangan kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu,
sedangkan kamu mengetahuinya”. (Q.S. Al Anfal: 27)
Maksud dari khauf disini adalah takut terhadap kemungkinan azab dari Allah, didunia atau
diakhirat. Dasar yang dipakai adalah firman Allah dalam surat Al Imran ayat 175, tujuannya
adalah agar manusia bisa mempertimbangkan tingkah lakunya. Abu al-Gasim mengatakan,
“siapa yang takut kepada sesuatu, maka fa akan berlari darinya, tetapi takut kepada Allah justru
semakin mendekati-Nya.” (Risalah Al Qusyairiyah, 125-126).
Ketiga, senantiasa bersikap tenang.