Page 187 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 187

“Aku  hanya  ingin  membuka  mata  mereka,  Pum,  seperti  apa  orang-orang
                             berpangkat itu. Tapi nyatanya mengapa malah aku yang dimusuhi? Apakah
                             ada keuntungan yang kudapat dari semua ini? Tidak ada, bukan? Aku sedih
                             sekali. Mereka bodoh dan tidak mau belajar.” (Thayf, 2009, hlm. 216).

                        Bahkan mereka tak segan menteror dan mencelakakannya. Misalnya Tuan Gerson,

                        tetangga Mabel yang sangat membencinya karena Mabel kerap mengkritisi dirinya
                        untuk menjadi calon Bupati. Pada Leksi dan Mace, Mabel menyampaikan bahwa

                        Tuan Gerson tak pantas untuk menjadi Bupati karena memiliki sifat menjilat, egois,
                        dan  licik.    Keberanian  Mabel  temasuk  ke  dalam  gerakan  feminis  trnasformasi

                        gender (Fakih, 2013), yaitu berani menetang hegemoni sistem yang mengarah pada
                        ketidakadilan sosial.

                             Tetangga Mabel yang bernama Mama Mote bersekongkol pula dengan Tuan

                        Gerson. Merka berdua membuat fitnah melalui kelemahan Mabel yang buta warna.
                        Tuan Gerson dan Mama Mote mulai berkonspirasi mencelakai Mama Mote dengan

                        taktik memesan noken dari Mabel dengan rajutan warna merah-putih-hijau. Mabel
                        yang buta terhadap warna hijau pun membuat noken dengan warna merah-putih-

                        biru,  dan  warna  tersebut  ternyata  merupakan  warna  bendera  musuh  negara
                        sebagaimana kejadiannya terdapat pada teks berikut ini.

                             … Seperti seekor harimaua yang telah menandai sang calon mangsa, mereka
                             mengepung Mabel yang sedang duduk berselonjor di atas tikar pandan, sibuk
                             mengerjakan  pesanannya.  Merampas  noken  terakhir  dari  tangan  keriput
                             perempuan tua itu, lantas membuatnya ke tanah sambil menuduh Mabel telah
                             membuat bendera Musuh (Thayf, 2009, hlm. 219 – 220).

                        Akhirnya  Mabel  ditangkap  oleh  tentara  kamanan  setempat,  kemudian  Mabel
                        mendapat tindak kekerasan dari aparat sebelum digiring ke kamp tahanan untuk

                        diinterogasi sebagaimana pada teks:
                             … Mereka menyaksikan menit demi menit ketika Mabel dipaksa keluar dari
                             rumah, diinjak sebelah tangannya karena mencoba bertahan di tiang rumah,
                             hingga ketika tubuh tuanya dipaksa masuk ke dalam sebuah mobil dengan
                             sangat kasar(Thayf, 2009, hlm. 222)













                                                                                                    181
   182   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192