Page 96 - Neurosains Spiritual Hubungan Manusia, Alam dan Tuhan
P. 96

memengaruhi operasi sirkuit dasar yang mengatur perilaku sosial di
              mana kedermawanan (prososial) termasuk di dalamnya.
                  Pada manusia, rute seperti ini kemungkinan akan memengaruhi
              pemrosesan sirkuit neural prososial untuk rangsangan sosial dalam
              kelompok (in-Group) dan sirkuit neural antisosial untuk rangsangan
              sosial di luar kelompok (out-group). Rute ini, misalnya, dapat memung-
              kinkan ideologi agama, etnis, atau politik, dan kondisi emosionalnya
              yang terkait, memengaruhi cara kita merespons secara sosial terhadap
              mereka yang satu kelompok (in group) atau berbeda dengan diri kita
              sendiri (out group). Mekanisme PFC dapat beroperasi untuk mening-
              katkan perilaku bermusuhan terhadap anggota kelompok luar, sambil
              mengurangi permusuhan dan meningkatkan respons prososial terha-
              dap anggota kelompok. Aktivitas PFC ini menjadi ciri khas utama dari
              perilaku kedermawanan pada manusia meskipun terhubung dengan
              sirkuit subkortikal (sirkuit hipotalamus dan amygdala-striatal-pallidal).
              Pada hewan, justru sirkuit subkortikal yang mencolok.
                                                            152
                  Sirkuit kortikal memainkan peranan aktif untuk empatik (empa-
              thy) dan Teori Pikiran (Theory of Mind/ToM). Studi pencitraan otak
              pada subjek sehat memperlihatkan sistem otak yang tertibat dalam
              pemrosesan ToM, yakni peningkatan aktivitas di korteks orbitofrontal
              lateral, gyrus frontal tengah, cuneus dan gyrus temporal superior. Se-
              mentara itu, peningkatan aktivitas parasingulat, singulat dan amigdala
              anterior dan posterior berkaitan dengan respons empatik. Meski ber-
              beda, kelompok saraf untuk empati dan Teori Pikiran terjadi tum  pang
              tindih. Tumpang tindih ini menunjukkan bahwa ToM dan empati
              keduanya bergantung pada jaringan yang saling terkait untuk fungsi
              yang sama, yakni membuat kesimpulan tentang kondisi mental orang
              lain. Namun, respons empatik membutuhkan perekrutan tambahan
              jaringan yang terlibat dalam pemrosesan emosional. Hasil ini memi- Buku ini tidak diperjualbelikan.
              liki implikasi untuk pemahaman tentang gangguan yang ditandai oleh
              gangguan kognisi sosial, seperti autisme dan psikopati.  Psikopati
                                                               153
              152   M. Numan, Neurobiology of Social Behavior, 275.
              153   B. A. Völlm dkk., “Neuronal Correlates of Theory of Mind and Empathy: A
                Functional Magnetic Resonance Imaging Study in a Nonverbal Task,” Neuroim-
                age 29, no. 1 (2006): 90–98. Doi: 10.1016/j.neuroimage.2005.07.022. Epub 2005
                Aug 24.

                                                       Social Connection  77
   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101