Page 346 - A Man Called Ove
P. 346
Fredrik Backman
Rumah itu tidak pernah selesai. Selalu ada sekrup di suatu
tempat yang perlu dikencangkan oleh Ove.
Pada hari Minggu, mereka pergi ke kafe dan minum
kopi. Ove membaca koran dan Sonja bicara. Lalu Senin tiba.
Dan pada suatu Senin, Sonja tidak ada lagi di sana.
Dan Ove tidak tahu persis mengapa dirinya menjadi
begitu diam. Dia selalu pendiam, tapi ini sesuatu yang
sangat berbeda. Mungkin dia mulai lebih banyak bicara di
dalam hati. Mungkin dia sudah gila (terkadang dia memang
bertanya-tanya). Rasanya seakan dia tidak ingin orang lain
mengajaknya bicara, dia khawatir suara ocehan mereka akan
menenggelamkan ingatan mengenai suara Sonja.
Ove membiarkan jemarinya menelusuri batu nisan
dengan lembut, seakan menelusurkan jemari pada jumbai-
jumbai panjang karpet yang sangat tebal. Dia tidak pernah
memahami anak-anak muda yang terus-menerus mengoceh
mengenai “menemukan diri sendiri”. Dahulu, dia mendengar
itu nonstop dari semua anak muda tiga puluhan di tempat
kerja. Yang mereka bicarakan hanyalah betapa mereka
menginginkan lebih banyak “waktu bersantai”, seakan
itulah satu-satunya tujuan bekerja: untuk tiba di titik ketika
seseorang tidak perlu bekerja.
Dulu Sonja suka menertawakan Ove dan menyebutnya
“lelaki paling kaku sedunia”. Ove menolak menganggap itu
sebagai penghinaan. Dia menganggap bahawa seharusnya
ada semacam keteraturan dalam segala hal. Seharusnya ada
rutinitas-rutinitas dan orang-orang harus bisa merasa aman
341