Page 341 - A Man Called Ove
P. 341
A Man Called Ove
Ove menengok arloji. Pukul dua lewat seperempat. Dia
menggeleng, tampak sedikit tidak nyaman, sebagian karena
wiski dan sebagian karena Amel masih memegangi bahunya.
Bocah berjelaga menghilang lewat pintu dapur di balik meja,
masih menggosok-gosok mata dengan panik.
Adrian menyusul Ove dan si kucing dalam perjalanan kembali
ke Saab.
“Ove, Sobat, kau tidak akan bilang apa-apa mengenai
Mirsad yang….”
“Siapa?”
“Bosku,” jawab Adrian. “Yang pakai riasan.”
“Si homo?” tanya Ove.
Adrian mengangguk.
“Maksudku, ayahnya … maksudku, Amel … dia tidak
tahu kalau Mirsad ….”
Adrian tergagap mencari kata yang tepat.
“Homo?” tanya Ove.
Adrian mengangguk. Ove mengangkat bahu. Parvaneh
menyusul di belakang mereka dengan terengah-engah.
“Kau dari mana?” tanya Ove kepadanya.
“Aku memberinya uang receh,” kata Parvaneh sambil
mengangguk menunjuk lelaki berjanggut kotor di samping
dinding sebuah rumah.
“Kau tahu, dia hanya akan membelanjakan uang itu untuk
minuman keras,” kata Ove.
336