Page 375 - A Man Called Ove
P. 375

A Man Called Ove

                Ketika menuruni tangga keesokan paginya, Ove berhenti
            di lorong. Rumah tidak pernah beraroma seperti ini semenjak
            Sonja meninggal. Dengan waspada, dia menuruni beberapa
            anak tangga terakhir, mendarat di lantai kayu, dan berdiri
            di ambang pintu dapur, dengan bahasa tubuh seperti lelaki
            yang baru saja memergoki pencuri yang sedang beraksi.

                “Kaukah yang sedang memanggang roti?”
                Mirsad mengangguk cemas. “Ya … kuharap itu tidak
            apa-apa. Maaf. Maksudku, tidak apa-apa, kan?”

                Ove memperhatikan bahwa pemuda itu juga sudah
            membuat kopi. Si kucing berada di lantai, menyantap tuna.
            Ove mengangguk, tapi tidak menjawab pertanyaan itu.
                “Aku dan si kucing harus pergi berjalan-jalan sebentar
            di sekitar sini,” jelasnya.
                “Aku boleh ikut?” tanya Mirsad cepat.

                Sekilas Ove memandang pemuda itu, seakan Mirsad
            telah menghentikannya di sebuah gang untuk pejalan kaki,
            dengan berpakaian seperti bajak laut dan memintanya untuk
            menebak yang manakah dari ketiga cangkir yang berisikan
            koin perak.
                “Mungkin aku bisa membantu?” lanjut Mirsad ber-
            semangat.
                Ove memasuki lorong dan memakai kelom.

                “Ini negara bebas,” gumamnya sambil membuka pintu
            dan mengeluarkan si kucing.
                Mirsad menafsirkan ini sebagai “Tentu saja boleh!” Cepat-
            cepat dia mengenakan jaket dan sepatu, lalu mengejar Ove.



                                       370
   370   371   372   373   374   375   376   377   378   379   380