Page 19 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 19
malam mendapatkan ikan lebih banyak,” sahut Rudi menepis keraguan.
“Papa yang semangat ya. “ Elen menepuk punggung tangan
suaminya. Keraguan Rudi tidak boleh terus dipertahankan.
Hanya dengan semangat dan kenyakinan yang selama ini
membuatnya keluarganya bertahan.
Elen sudah terbiasa dengan pasang surut pendapatan suaminya
dan dia berusaha tidak mengeluh. Ibunya, Sutriani menjadi contoh
yang baik. Meskipun serba kekurangan ibunya jarang mengeluh dan
menerima keadaan dengan cukup sabar. Toh ayah dan suami Elen sudah
bekerja keras dan berusaha dengan baik. Soal hasilnya tidak seperti yang
diharapkan, itu bukan kesalahan mereka.
Sutriani sedih mendengarkan percakapan anak dan menantunya.
Kehidupan keluarga Elen ternyata tidak jauh berbeda dengannya.
Rasanya saat ini adalah masa yang sulit bagi nelayan di Kota Manado.
Harapan satu-satunya seakan melayang jauh, tak mungkin dirinya tega
untuk meminjam uang kepada Elen. Sutriani tak mau dianggap orangtua
yang tidak tahu diri, meskipun jarang sekali dirinya merepotkan anak-
anaknya.
“Masa yang sulit…” gumam Rudi.
“Mama akan berusaha menghemat pengeluaran kita, biar cukup
untuk makan,” kata Elen ragu. Dia tidak cukup nyakin bisa menghemat
pengeluaran lagi, karena selama ini semua pengeluaran sudah sangat
hati-hati dan ia selalu berhemat. Rasanya tidak mungkin lagi bisa
berhemat.
“Ehm, bagaimana kabar Mama?” tanya Rudi.
“Tidak begitu sehat. Batuk-batuknya belum sembuh. Malahan
lebih parah. Kemarin waktu Elen telpon, Mama batuk keras. Sepertinya
sudah waktunya ke dokter, Pa,” jawab Elen.
“Kenapa tidak ke puskesmas saja?”
“Seperti tidak tahu Mama saja. Orangnya keras kepala. Maunya
diobati tradisional saja,” bela Elen. Padahal dia tahu, mamanya pasti
sudah tidak betah lagi dengan sakit batuknya yang semakin parah.
Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 19