Page 24 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 24
Di Kampung Malalayang, Daud bukan satu-satunya warga
yang berasal dari suku Jawa. Ada beberapa tetangga asli orang jawa.
Mereka sudah tinggal bersama dengan suku lainnya di Malalayang,
hidup rukun tanpa ada perpecahan. Tidak sekalipun ada permusuhan
diantara mereka. Tidak ada yang pernah memikirkan mereka berasal
dari berbagai suku yang berbeda. Yang mereka pikirkan adalah mereka
berasal dari Negara Indonesia. Asal suku tidak masalah, yang penting
mereka sama-sama mencari sesuap nasi dan menghidupi keluarganya.
Dan yang tidak kalah penting saling menghormati.
Seperti Kota Manado pada umumnya, di Kampung Malalayang,
warga mempunyai kenyakinan beragam. Daud sendiri seorang muslim
yang taat dan menikah dengan Sutriani penganut khatolik yang taat pula.
Sejak awal berkenalan, Daud dan Sutriani sama-sama sudah mengetahui
ada perbedaan suku dan agama. Tetapi ketika mereka merasa nyaman,
cocok, sejalan, tidak mempermasalahkan perbedaan dan hidup rukun
saling menghormati, mereka sepakat untuk menikah.
“Kita dari jawa dan muslim. Apakah kau tidak takut kita akan
sering berbeda pendapat?’”tanya Daud saat mereka berjalan-jalan
disepanjang pantai.
Sutriani menghentikan langkah kakinya, memandang Daud dan
tersenyum.
“Torang sudah bersama selama bertahun-tahun. Selama ini
torang baik-baik saja. Kita juga tidak pernah mempermasalahkan agama.
Saat kau ke masjid, kita tidak melarang. Begitu juga saat kita ke gereja,
kau tidak masalah. Lalu apa yang kau takutkan?”
Daud memandang Sutriani dengan serius.
“Berpacaran dengan menikah beda sekali. Kalau torang sudah
memutuskan untuk menikah, torang akan hidup bersama selamanya.
Pasti akan banyak perbedaan dan rasa tidak puas satu sama lain. “
“Kita tahu itu. Tetapi kita sudah menyadari dan paham dengan
perbedaan torang.”
Daud berhenti melangkah.
“Apakah kau sudah siap?”
Sutriani mengangguk mantap,”Sudah. Sangat Siap.”
24 Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com