Page 27 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono

Ali. Rencananya Daud memang mau membeli motor, karena selama
ini keluarganya belum pernah mempunyai sepeda motor. Susah
kalau kesana kemari mengandalkan angkot. Dengan memakai motor,
perjalanan akan bisa dipercepat dan lebih hemat. Dia membayangkan
hasil tangkapan ikan yang lumayan bagus, sehingga bisa menyisihkan
sebagian dari penghasilan untuk membayar angsuran motor. Tetapi
harapannya musnah karena hasil tangkapan ikannya tidak begitu bagus.
Ali diam sejenak.
“Saya pamit dulu, Kak. Mau meneruskan kerja. Mari jo …” kata
10
Ali tanpa menunggu jawaban, melangkah meninggalkan Daud yang
masih asyik dengan rokoknya.
“Hem….” Hanya itu jawaban Daud.
Dari kejauhan terdengar suara lantang Ali menawarkan barang
dagangan. Sesekali terdengar suara Ali berdebat dengan tetangga Daud
yang minta permakluman karena belum bisa membayar angsuran kredit.
Daud tersenyum kecut, merasakan betapa sulitnya mencari uang dalam
kondisi seperti ini.
Pandangan Daud berhenti pada tiang-tiang beton yang berdiri
diatas pantai yang direklamasi. Matanya memandang kecut batu-batu
timbunan yang masih menumpuk. Proyek reklamasi belum setengahnya
dikerjakan dan terpaksa di hentikan karena protes dari nelayan
Malalayang. Daud merasa geram saat melihat timbunan itu, apa jadinya
kalau pantai habis di timbun oleh pengusaha. Kemana lagi nelayan akan
melabuhkan perahunya? Kembali Daud mengeluh dalam hati.
Penimbunan pantai dan pembangunan gedung sudah berhenti,
tetapi bukan berarti proyek itu akan berhenti total. Daud tidak nyakin.
Saat ada protes dari nelayan, pengembang berhenti. Tetapi karena sudah
ada perjanjian dengan pemerintah daerah, suatu saat proyek tersebut
pasti akan dilanjutkan. Daud merasa was-was akan nasib nelayan jika
berhenti untuk memperjuangkan hak tamnbatan perahu.
Daud teringat, tahun 1995an, pemerintah Kota Manado
membuka perijinan kepada pengembang untuk membuka kawasan
bisnis di sepanjang pantai Manado.

10 Mari jo = kata lain dari Ayo

Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 27