Page 31 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 31
dengan Daud menikmati nikmatnya nikotin dari rokok yang dihisapnya.
Gulungan asap membumbung didepan wajahnya seakan menyaingi
asap dari mulut Daud. Celana basahnya kotor oleh pasir pantai tak
dihiraukannya.
“ Ada perlu di Malalayang?” selidik Daud.
“Om, penduduk Malalayang, ya?” Erik tidak menjawab, malah
bertanya balik.
Daud menganggukkan kepala. Pandangan matanya semakin
curiga melihat Erik.
“Om, senang nggak ada reklamasi pantai ini?”
“Apa maksudmu?” tanya Daud.
Erik tersenyum, dengan santai ia menjawab,” Maaf, Om Daud,
saya hanya ingin tahu sikap dari nelayan di Malalayang dengan proyek
reklamasi pantai ini.”
“Kau orangnya PT Andal?” Daud berang menatap Erik. Wah ini
kesempatan untuk memaki-maki orang dari PT Andal. Daud gatal dengan
sikap orang-orang PT Andal yang menurutnya tidak menghiraukan
keberadaan nelayan di Malalayang.
“Tidak, tidak, Om. Saya bukan orang dari PT Andal. Om jangan
marah dulu. Justru saya tidak suka dengan proyek ini. Makanya saya
ingin tahu sikap nelayan. Selama ini kita hanya mendengar selentingan
dari mulut warga.”
“Jadi, Erik bukan dari pengembang?” Daud mulai melunak.
Nada bicaranya mulai rendah. Tetapi pikirannya masih dipenuhi sikap
waspada. Daud menimbang-nimbang untuk bersikap lebih lunak tetapi
tidak akan mudah tertipu.
“Iya, Om. “
Daud menatap Erik, kali ini tidak segarang sebelumnya.
Erik tersenyum, menyakinkan Daud.
“Ya, nelayan menolak. Penghidupan torang tergantung dari
pantai Malalayang. Kalau pantai ditimbun seperti ini, bagaimana torang
akan melaut? Kau lihat sendiri, tadi ketiting saya tersangkut batu
timbunan. Bocor. Payah. Tanpa ada hamparan pantai, torang sulit untuk
menepikan ketiting.” Suara Daud mulai tinggi, pertanda terbawa emosi.
Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 31