Page 32 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 32
“Mereka enak-enak saja. Nggak mikir nasib nelayan.“
tambah Daud kesal.
“Apakah nelayan protes? Ehm..melawan?” tanya Erik hati-hati.
Daud menatap Erik dengan pandangan penuh tanya.
“Melawan?“
Erik mengangguk.
Daud membuang pandangan matanya jauh ke lautan, kemudian
berpindah memandang timbunan batu yang tepat di depan matanya.
“Laut dan pantai tempat seluruh warga Malalayang mengantungkan
hidupnya. Tanpa melaut tidak akan ada ikan dan uang. Kalau semua itu
dirampas, apakah nelayan akan diam saja?” tanya Erik menjajagi lawan
bicaranya.
“Nelayan marah dan kesal, tetapi tidak punya keberanian untuk
melawan. Torang pesimis bisa melawan. Maklum orang kecil, tidak
punya beeking. ” Kata Daud pelan, seperti bergumam.
“Ibarat lidi kalau hanya berdiri sendiri pasti akan mudah
dipatahkan, tetapi kalau setumpuk lidi tidak akan mudah dipatahkan,”
“Maksudnya?”
“Kalau bersama-sama akan kuat, nggak perlu beeking.”
“Ehm, bagaimana caranya?”
“Asal semua bersatu, tak akan mudah di kalahkan,” jawab Erik
menyakinkan.
“Kau ini sebenarnya dari mana?” kecurigaan Daud belum juga
hilang.
“Kita dari LSM Mitra. Om Daud tahu nelayan Sario? Mereka
berani berhadapan dengan pengembang untuk mempertahankan
tempat perahu berlabuh. “
“Ya, kita tahu itu. Nelayan Sario berani adu mulut dan otot
dengan pengembang.” Kata Daud.
“Saya dan teman-teman akan bantu Om Daud dan warga. Laut
adalah hak nelayan, tak patut pemerintah membiarkan perusahaan
menimbun laut dan menyengsarakan nelayan dan keluarganya.”
Daud membenarkan semua kalimat Erik.
“Untuk itu, Om. Kalau berkenan, kami akan membantu.”
32 Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com