Page 25 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 25
Daud memegang tangan Sutriani dengan kebahagiaan
membuncah. Apa yang dikatakan Sutriani terbukti, sampai sekarang
sudah puluhan tahun menikah, mereka hidup rukun dan saling
menghormati perbedaan. Anak pertama dan kedua, laki dan perempuan
menganut agama khatolik, sementara Yossi, anak bungsu mereka
beragama islam seperti Daud. Sebenarnya Daud dan Sutriani tidak pernah
memutuskan ada pembagian kenyakinan anak-anak mereka. Daud dan
Sutriani juga tidak mempermasalahkan saat ketiga anak mereka memilih
kenyakinan yang berbeda. Entah mengapa kedua anak mereka memilih
khatolik sementara hanya anak bungsu yang memilih menjadi seorang
muslim seperti ayahnya. Bertahun-tahun mereka membuktikan bahwa
perbedaan suku dan agama tidak menjadi masalah berarti bagi rumah
tangga mereka berdua.
“Kak Daud, sedang istirahat, ya?” sapa Ali, seorang tukang
kredit keliling yang biasa menawarkan barang dagangan ke pemukiman
Malalayang.
“Hehe..”
“Hasil melaut tadi malam bagus?” tanya Ali sambil duduk di kursi
sebelah Daud tanpa dipersilahkan
“Tahu sendiri, Li. Belum dapat ikan banyak lagi. Susah hari ngini
cari ikan.“ gerutu Daud. Tangannya sibuk mengibaskan percikan api dari
rokok yang sempat mengenai kaos oblongnya.
“Iya, Kak. Semua nelayan pada mengeluh hasil tangkapan tidak
bagus. Repot..repot…”keluh Ali. Kalau nelayan tidak mendapatkan ikan
banyak, Ali ikut sedih karena angsuran kreditan ibu-ibu di Malalayang
tidak akan terbayar. Ali bisa memaklumi kondisi nelayan, pada musim
tertentu memang sulit mendapatkan ikan. Kalau waktu itu tiba, Ali
harus banyak mengalah, karena percuma juga mengharapkan mendapat
angsuran. Saat yang ditunggu Ali kala musim panen ikan. Nelayan
mendapatkan banyak ikan, para istri senang dan Ali ikut senang karena
barang dagangan akan laku keras. Tak tanggung-tanggung, ibu-ibu akan
sangat mudah mengeluarkan uang untuk membeli pakaian, HP, barang
elektronik dan alat-alat rumah tangga.
Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 25