Page 8 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 8
keluarga nelayan sekaligus menjamin penyediaan lauk yang berprotein
tinggi untuk masyarakat di sekitarnya.
**
Angin malam berembus kencang, membawa butiran halus pasir
beterbangan. Beberapa pohon kelapa tampak meliuk-liuk berayun ayun
seakan sedang mengerakkan badan dalam irama lembut musik malam.
Angin kencang pertanda tak bagus untuk melaut. Sudah beberapa
hari laut tak bersahabat dengan nelayan. Kalau tak hati-hati ketiting
bisa terseret angin dan terkadang bisa terbalik. Butuh tenaga kuat dan
cekatan agar mampu mengendalikan perahu kecil.
Yossi membantu ayahnya menyiapkan lampu petromaks. Minyak
tanah masih penuh, setermos kecil kopi hitam sudah dimasukkan
ke dalam ketiting. Jaring sudah teronggok di bawah pancing berikut
umpannya. Cukup untuk mencari ikan malam ini, batin Yossi.
“Semua sudah siap Papa.”
“Apakah kau masukkan juga jalanya?”
“Paitua mau pakai pancing sajakah?”
2
“Iya, malam ini pakai pancing sajalah. Papa punya firasat, malam
ini tidak banyak mendapat ikan, angin terlalu kencang.” jawab Daud
lagi.
Suami Sutriani sejak muda sudah menjadi nelayan. Meskipun
badannya tidak terlalu besar tetapi tangannya kuat, langkah kakinya
mantap. Melaut sudah membaur dengan darahnya. Diusinya yang
menginjak enampuluh tahun tenaganya masih kuat dan badannya sehat.
“Papa tidak menghabiskan kopi dulukah?“ tanya Sutriani kepada
suaminya.
Daud tidak menjawab, hanya anggukan kepalanya saja sebagai
jawaban. Tangannya sibuk memeriksa bagian bawah ketiting setelah
jaringnya di ambil Yossi. Hanya sesekali Daud mengandalkan jaring
untuk menangkap ikan, lebih sering pancing yang digunakan.
2 Sebutan untuk suami
8 Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com