Page 9 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 9
Akhir-akhir ini selain ikan tak cukup banyak, jaring juga hanya memenuhi
ketiting-nya saja.
“Yossi, tolong kita ya, belikan rokok di warung Sakti. Rokok Papa
3
tak cukup lagi buat nanti malam.”
Yossi menatap mamanya. Anak bungsu Daud dan Sutriani ini
merasa bimbang.
Dia tahu kalau keluarganya sudah banyak berutang ke warung
tetangga. Terkadang ada rasa sungkan dan malu untuk terus berutang
dan menumpuk harapan pemilik warung akan segera dilunasi. Yossi
selalu bertekad untuk membantu kedua orangtuanya mencari nafkah,
tetapi saat ini dia masih sekolah sehingga waktunya tidak bisa terlalu
banyak untuk mencari nafkah.
Sutriani tahu isyarat anak lelakinya,”Torang sudah banyak
4
berhutang di warung Sakti. Rasanya tak enak lagi. Coba kau ke toko kak
Eli saja, bilang kasbon ya.”
Ada dua toko yang terletak tidak bergitu jauh dari kampung
Malalayang. Toko milik Eli dan satunya toko milik Sakti, selama ini
sangat membantu warga kampung Malalayang untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari. Mereka berdua sebenarnya tidak terlalu pelit
untuk memberikan pinjaman kepada warga. Meskipun terkadang dalam
seminggu baru bisa di bayar sebagian tetapi kedua orang itu cukup
memahami kondisi nelayan Malalayang.
Tanpa di minta kedua kali, Yossi langsung beranjak menuju
warung Eli, di seberang jalan besar. Yossi paham kebutuhan papa yang
tidak bisa di tunda yaitu rokok. Melaut tanpa merokok tidak akan bisa
dilakukan. Sendirian di tengah laut butuh teman dan penghangat badan,
kalau tidak sedikit minuman alkohol, paling tidak sebungkus rokok.
Papanya termasuk sedikit berhemat, banyak tetangga lainnya yang
butuh 3-4 bungkus rokok setiap kali melaut.
“Apakah dorang sudah datang minta pembayaran?” tanya Daud
5
tanpa menoleh kearah istrinya.
3 Kita atau saya/aku, orang Manado biasa mengunakan kata kita untuk memanggil diri
sendiri
4 Kata lain dari kita
5 Kata lain dari mereka
Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 9