Page 189 - RBDCNeat
P. 189

nyasar. Saat Paman menjemput Teh Indah, rasanya hati ini
              tidak menentu campur-aduk, antara perasaan bahagia dan
              tegang. Tidak terbayang sebelumnya aku akan diwawancara
              oleh wartawan dari Tabloid MQ.

                  Beberapa menit kemudian akhirnya Paman datang dengan
              Teh Indah. Aku segera memanggil Mama yang sedang berada
                                             62
              di kamar, “Ma, ieu atos dongkap.”
                  “Ennya.” Jawab Mama segera ke ruang tamu.
                  Kami mempersilahkan Teh Indah untuk masuk.

                  “Assalamualaikum.” Sapa Teh Indah memasuki ruang tamu.
                  “Waalaikum salam.” Jawab kami serempak.

                  Teh Indah langsung bertanya,  “Ini Dini, ya?”  sambil
              menunjuk ke arahku.
                  “Iya... teh" jawabku.
                  Kami mempersilahkan Teh Indah duduk. Selanjutnya kami
              mulai berbincang tentang apa pun yang berkaitan denganku.
              Teh Indah tidak hanya bertanya kepadaku, Mama pun ikut
              diwawancara. Mama ditanya tentang bagaimana merawatku
              dan bagaimana aku bisa jadi seperti ini, dan sebagainya. Aku
              ditanya tentang berbagai macam. Sampai pada pertanyaan
              terakhir Teh Indah bertanya, “Dini, apa hikmah di balik
              keterbatasan yang Dini miliki ini bagi Dini?” Aku menjawabnya,
              “Mungkin inilah cara Allah menyayangi hamba-Nya. Kalau tidak
              seperti ini, mungkin Aku tidak bisa dekat dengan Allah.”

                  Tanpa terasa berbincangan di antara kami pun sudah
              berlangsung kurang lebih satu jam. Setelah pertanyaan terakhir
                 62
                    Ma, ini (tamunya, red) sudah datang.
                                            Roda Berputar dalam Cahaya | 153
   184   185   186   187   188   189   190   191   192   193   194