Page 290 - RBDCNeat
P. 290

sesuatu yang mudah bagiku.
                “Neng, cobaan kanggo Enneng meuni berat. Sareng
            ayeuna mah benten, Ibu na teu gaduh ceceh, janten kanggo
            anu ngajajapkeun Enneng oge ayeuna mah aralimen. Da sieun

                              87
            ku Ibu teu dibayar.”  keluh Ibu kepadaku.
                Biasanya setiap orang yang mengantarkanku selalu diberi
            uang oleh Ibu, jauh atau dekat. Saat itu Ibu sedang tidak punya
            uang. Lalu, aku mencoba menghibur Ibu, “Ma, ieu cobian kanggo
            Ibu sareng Enneng, Allah palay terang sajauh kumaha kahoyong
            Ibu kanggo nguliahkeun Enneng teh leres atenapi ukur nyarios
            hungkul.” 88

                Walapun aku sudah mencoba memberi pengertian kepada
            Ibu, tapi Ibu tetap saja mengeluh. “Neng, mun Enneng kuliah
            teh, tipayun pas nuju Ibu seeur ceceh. Tapi Enneng kuliah ayeuna
                                         89
            pas Ibu nuju teu gaduh ceceh.”  Aku hanya bisa diam.
                Tanpa terasa, aku dan Ibu sampai di UIN. Kami langsung
            menuju tempat pendaftaran di Gedung Aula. Aku mengisi
            formulir di salah satu stand yang tersedia di sana. Pada kolom
            pemilihan jurusan, aku memilih Jurusan Manajemen Dakwah
            sebagai pilihan pertamaku dan Jurnalistik sebagai pilihan
            keduanya. Setelah itu, tinggal menuggu namaku dipanggil. Satu
            persatu nama calon mahasiswa dipanggil dengan nama asal
            sekolah masing-masing. Ada yang dari SMA, SMK, Madrasah

                87
                  Cobaan untuk Eneng begini berat. Apalagi sekarang Mama sedang tidak punya
            uang, jadi tidak ada orang yang mau mengantarkan Eneng kaena takut nggak dibayar.”
                88
                  Ma, ini ujian untuk Mama dan Eneng. Allah ingin tahu sejauh mana keinginan
            Mama untuk menguliahkan Eneng itu betul-betul atau hanya omong kosong saja.
                89
                  Neng, seandainya Eneng kuliahnya waktu dulu saat Mama banyak uang. Tapi
            Eneng kuliahnya baru sekarang saat Mama tidak punya uang.
            254 | Roda Berputar dalam Cahaya
   285   286   287   288   289   290   291   292   293   294   295