Page 289 - RBDCNeat
P. 289
tidak mungkin dikembalikan lagi kepada yang memberinya.
Akhirnya aku pun hanya bisa berdoa untuk meminta yang
terbaik.
Malam harinya aku pun mendapat sms kembali dari
Ibu, “Neng, enjing-enjing siap-siap weh kanggo daftar ka UIN.
Alhamdulillah ceceh na aya ti Bapak. Paling enjing Enneng naek
86
motor dijajap ku Randy, wios Ibu naek angkot.” Bahagia sekali
rasanya mendapat kabar dari Ibu ini. Allah sudah memberi
jalan dengan meluluhkan hati Bapak. Namun, ternyata ujian
dari Allah tidak lepas sampai di situ saja. Saat aku bangun
tidur, ternyata tidak ada motor untuk mengantarkanku ke
UIN. Rencananya Randy yang akan mengantarkanku ke
UIN memakai motor kakaknya sementara kakaknya Randy
tidak pulang-pulang. Tidak tahu kenapa padahal Ibu sudah
bilang dari awal akan meminjam motornya sebentar untuk
mendaftarku ke UIN. Waktu itu kakaknya Randy mengizinkan,
tapi ternyata orangnya tidak pulang sampai pagi hingga Randy
tidak bisa mengantarkanku.
Aku segera mengabari Ibu tentang kondisi ini lewat sms.
Akhirnya Ibu memintaku bersiap-siap untuk naik angkot.
Ibu bilang akan menjemputku. Ibu nekad membawaku ke
UIN dengan menggunakan angkot, padahal Ibu sudah lama
tidak mengajakku berpergian dengan angkot. Biasanya kalau
kemana-mana aku selalu diantar-jemput oleh orang lain.
Selama di perjalanan Ibu terus mengeluh dan merasa sedih
melihatku harus naik angkot karena naik angkot bukanlah
86
Neng, besok pagi-pagi siap-siap saja untuk daftar ke UIN. Alhamdulillah uangnya
ada dari Bapak. Besok Eneng naik motor diantar sama Randy (keponakan Mama, red),
biar Mama naik angkot.
Roda Berputar dalam Cahaya | 253