Page 5 - Materi Fakultas_Mengenal Budaya Akademik & Etika Kehidupan Kampus
P. 5
dipengaruhi oleh kepentingan pribadi, kekuasaan, atau faktor-faktor subyektif
lainnya. Karena didasarkan atas data faktual, maka sikap obyektif cenderung
menunjukkan lebih pasti. Sikap objektif adalah sikap yang harus dijunjung tinggi
bagi seseorang akademisi untuk mendapatkan kebenaran ilmiah.
5. Analitis
Pola pikir analitis adalah kemampuan melihat suatu permasalahan secara
menyeluruh sehingga bisa menemukan dimana letak kesalahannya dan segera
menemukan jalan keluarnya. Pola pikir analitis menekankan pada pemecahan ke
dalam bagian yang lebih khusus dan mendeteksi hubungan antara bagian-bagian
serta menyatukannya menjadi suatu solusi atau pemecahan masalah. Berpikir
analitis menjadikan suatu pemecahan masalah yang masuk akal,
mempertimbangkan argumen yang valid, membuat sebuah jawaban dari suatu
permasalahan berdasarkan pengolahan informasi yang ada. Berpikir analitis
merupakan suatu prasyarat untuk tercapainya suatu kebenaran ilmiah.
6. Konstruktif
Konstruktif adalah sesuatu yang bersifat membangun, membina, memperbaiki.
Kritik konstruktif biasanya menjelaskan kebaikan dan keburukan, serta
memberikan saran. Konstruktif adalah sebuah sikap yang memiliki jiwa
membangun untuk diri sendiri ataupun orang lain, baik dalam bentuk ucapan
maupun tindakan. Berpikir konstruktif berarti berpikir atau memberi pendapat
yang membangun, bukan menjatuhkan. Saat mengkritik pendapat orang yang
berbeda dengan pendapat kita, kita hendaknya mengkritik pendapat orang
tersebut secara konstruktif. Berfikir secara konstruktif bagi mahasiswa sangatlah
penting bagi kemajuan belajarnya.
7. Dialogis
Dialogis adalah bersifat terbuka dan komunikatif. Komunikasi dialogis adalah
bentuk komunikasi antarpribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka
yang terlibat dalam komunikasi dialogis berfungsi ganda. Masing-masing menjadi
pembicara dan pendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi dialogis
nampak adanya upaya dari para pelaku komunikasi untuk terjadinya pengertian
bersama dan empati. Di situ terjadi saling menghormati bukan disebabkan status
sosial ekonomi, melainkan didasarkan pada anggapan bahwa masing-masing