Page 44 - Tiga ksatria dari Dagho
P. 44

terbang masuk ke dalam botol itu. Di saat yang hampir

            bersamaan, tangan anak kecil itu secepat kilat menutup
            botol  itu.  Kemudian  anak  itu berkata, ‘Seandainya  dia
            calon suami Wawu, tentu dia tidak bisa masuk ke dalam
            botol itu.’ Kepala adat dan orang-orang yang menyaksikan
            peristiwa  itu  kepalanya  manggut-manggut.  Mereka

            akhirnya percaya hanya iblis yang bisa masuk ke dalam
            botol. Sementara itu, si iblis berteriak minta tolong untuk
            dikeluarkan  dari  botol  sambil  berkata, ‘Kalau  aku  tidak

            dilepaskan,  aku  akan  mengganggu  orang  yang  sedang
            melaut, atau mengganggu orang dari atas pohon dan dari
            sungai-sungai.’ Iblis itu terus berteriak.”

                    “Terus, bagaimana, Nek?” tanya Tomatiti.

                    “Peristiwa itu belum berakhir. Ketika bapak gadis itu
            dan tunangannya pulang, botol itu dibuang ke laut. Lalu,
            untuk menebus rasa bersalahnya, kepala adat memutuskan

            untuk  mengurangi  penderitaan  anak  kecil  itu.  Pasangan
            muda yang akan segera menikah itu diharuskan mengambil
            anak itu sebagai anaknya. Anak itu juga berpesan kepada

            orang-orang apabila di lautan bertemu dengan gangguan
            Ompung,  orang-orang  selekas mungkin  membuka  botol
            agar si Ompung tersedot ke dalam botol. Sampai saat ini
            keberadaan Ompung yang suka mengganggu nelayan di
            laut itu masih dipercaya.” Nenek menarik napasnya.

                    “Nah,  kejadian  yang  menimpa  ayahmu  itu  mirip

            dengan cerita Ompung itu.” Nenek mengatakan sesuatu
            yang membut Tomatiti bertanya-tanya.


                                         37
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49